Kamis, 03 Juli 2014

ANAK YANG BERES

Pagi ini aku mendengar dari ayah bahwa anaknya tidak ada yang beres. Mendengar itu, aku, Diani Simatupang si wanita dewasa yang elegan tidak lah menjadi Si Diani Siamtupang yang dulu suka drama Queen.

Aku ngeloyor aja pergi masuk kekamar terus aku melihat MV-MV CN BLUE. Saat melihat Yong Hwa yang unyu di MV mereka L.O.V.E Girl, aku jadi mikir kalo Yong Hwa yang unyu ini pastilah membanggakan bagi orang tuanya dan dianggap ’beres’ oleh ayahnya karena dia sukses menjalani kariernya di musik.

Lalu aku teringat SJK, si mahluk indah itu pastilah 100% membanggakan orang tuanya.

Aku pun teringat Raditya Dika. Dia juga pastilah membanggakan orang tuanya dengan semua karya-karyanya itu.

Baiklah, mungkin aku terlalu tinggi mengambil perbandingan dengan kualitas hidupku yang dibawah rata-rata. Sebenarnya patokan anak yang beres itu dinilai mulai dari mana?

Aku bingung mencari patokan itu. Aku mulai mencari sesuatu yang membanggakan dari diriku untuk patokan Ayahku. Dan  aku yakin ini adalah beberpa patokan kebanyakan Ayah.

1.   Aku hampir berumur 30 tahun. Wanita berumur 30 tahun banyak yang sudah matang dalam segi ekonomi sementara aku tidak.

2.   Wanita berumur 30 tahun biasanya sudah memiliki anak paling sedikit itu 3 anak. Sementara aku tidak.

3.   Wanita 30 tahun itu kurang wajar berkurung terus di kamar dan berjam-jam di depan laptop: melototin actor korea, menghayal, menulis hayalannya, membaca tweet2 konyol seleb tweet kemudian menertawakan itu seperti orang bodoh  dan menunggu komen setiap tulisannya.

4.   Wanita 30 tahun itu wajarnya sudah terjun di kehidupan bermasyarakat. Sementara aku menjauh dari kehidupan bermasyarakat dan kadang bahkan kesulitan mengenali orang-orang.

Aku pun berkesimpulan bahwa aku gagal 100% sebagai anak yang dianggap ‘beres’. Tapi kamu tau siput kan? Walau lambat tapi ia terus bergerak. Mungkin aku si siput itu. Aku si siput yang mencari jalannya sedikit berbeda dan berliku dari kebanyakan anak.

Tapi satu hal yang pasti, seburuk apapun anak jangan sampai keluar dari mulut orang tua kata-kata anak tidak beres karena itu sangat menyakitkan. Kelak, apakah aku bisa mempunyai anak? Semoga aku tidak pernah mengucapkan itu.

Aku juga tidak menyalahkan Ayah yang berkata seperti itu. Karena aku tau bagaimana Ayah saat menyekolahkanku dan bahkan menjacarikanku pekerjaan dan hingga saat ini aku sama sekali tidak membanggakan baginya. 

Tapi apa Ayah pernah tau kalo aku pernah berusaha untuk menajdi anak yang ‘beres’ baginya? Sungguh, kata-kata menyakitkan itu akan kusimpan untuk mendorongku lebih berusaha  di hidupku.

Sungguh, kata-kata itu menyakitkanku. Semoga kelak aku bisa benar-benar membanggakan Ayah dan menjadi anak ‘beres’-nya.

Satu hal yang paling-paling kita ingat bahwa kita sebagai manusia: Tidak ada anak yang sempurna dan tidak ada juga ayah yang sempurna. Mungkin pernah ada yang mendekati tapi tidak pernah ada yang sempurna 100%.


Jumat, 30 Mei 2014

Kebetulan Cosmos yang direncanakn Alam Semesta

Jadi ceritanya gini ya kan...
Tadi aku sempat beberapa menit menghabiskan waktu bedua saja dengan cowok cute. (cieeeeeeeee.... cieeeeeee... cieeeeeeee).
Hal itu terjadi begitu saja tanpa aku dan dia rencanakan. Seperti kata @radityadika di Marmut Merah Jambu "Kebetulan Cosmos yang direncanakan oleh alam semesta". (Huwwwaahhhhh romantiesssssss)
Aku yang rada oon sempat malu-malu membuka obrolan. Berusaha terlihat natural dan manis (manis dari mana?????!!). Sesekali aku merapihkan jilbabku dan helai rambut-rambut yang nongol dari lipatan jilbabku. Aku juga sempat berpikir apakah bedak yang kukenakan sekarang terlihat hancur karena aku terus berkeringat.
Waktu pun berlalu, aku dengan pura-pura mengeluh "aduhhh... lama kali ya?" sambil melirik kearahnya. Huwwaaahhh sudah lama mataku secara nyata tidak menyaksikan mahkluk cute. Dia juga melihatku tapi dengan tatapan biasa saja.
Sampai suatu obrolan aku mulai lagi untuk sekedar memecah kekakuan. Teus dia menjawab,
" Gimana BUK?"
DAMN! YEAHHHH! Aku Ibu-Ibu. :(
Lalu didetik berikutnya ia terlihat semankin gelisah dan ingin segera pergi. Aku pun menyarankannya untuk mencari rental komputer lain. Aku juga membantunya untuk melepas plashdisk nya yang masih nyantol dikomputer.
 Setelah aku memberi palshdisk itu, ia pun pergi berlalu dan menjauh tanpa berbalik lagi menatapku balik ke arahku.

Dari pertemuan singkat yang tidak disengaja itu, aku berpikir bahwa aku ,yang oon masalah cinta diumur mendekati 30 tahun, masih bisa mengalami hal-hal cute seprti tadi. Walau cuma sekedar berbunga-bunga karena beberapa menit berdua saja dengan cowok cute dan dari pertemuan pertama itu aku juga menilai dia lembut. Cuma seperti itu, aku gak bakalan berharap lebih dengan menyukainya, terus cari tau tentang dia dan mengganggu hidupnya.
Sesekali waktu masih bisa berbuat manis padaku. Hahahah... Thanks for that moment. :)


Selasa, 20 Mei 2014

Galau antara mau berenti nulis atau tidak

Akhir-akhir ini aku sering ngikuti tulisan FF yang disebarkan di pesbuk.
Dengan harapan bisa menulis FF juga kemudian di posting dan puluhan komentar bakalan datang.
aku udah pelajari.
aku buat kemudian aku posting. hasilnya:
noone reads it :(
ake kecewe, aku sakit hati, aku malas nulis lagi. aku malas baca FF mereka lagi.
aku malas dan mau merajuk pake dong-dong dan bengkoang.
tapi setelah kupikir-pikir.Kok aku cepat kali menyerah ya? Kok mentalku cemen begini ya?
baiklah... aku lanjut nulis lagi walau sekarang aku lagi malas kali.
Kemana ya bisa kucari semangat itu lagi? kemana? sapa yang mencurinya dari ku?

Sabtu, 03 Mei 2014

LET ME LOVE YOU

HAI CHINGU... ^_^
akhirnya aku menyelesaikan tulisan ini. Didetik-detik terakhir aku memutuskan judulnya:
LET ME LOVE YOU
I hope you like it as you like magnum ice cream. :)





Gigi melihat keseliling kelas. Ia merasa anak semester bawah rada dingin. namun sebenarnya ia dan anak-anak kelas ini sama dinginnya. Karena itu Gigi masih belum punya teman. Yang mau berbicara dengan Gigi paling hanya dua atau tiga orang, itupun karena mereka ingin meminjam tipex milik Gigi.
Saat kuliah berakhir, ada seorang adik kelas yang menghampirinya.
“mbak Gigi ya?” tanyanya pada Gigi.  Gigi mengangguk.
“kenalin saya Tina,mbak” kata Tina memperkenalkan diri.
“oh… iya tina” kata Gigi tersenyum.Mereka saling berjabat tangan. Gigi merasa akhirnya bisa punya teman juga.
“kekantin bareng yuk mbak” ajak Tina ramah. Merekapun menuju kantin.
“mbak pindahan ya?” Tanya Tina ketika mereka sudah di kantin.
“iya… “ Kata Gigi terlihat masih belum terbuka.
“emmm…..” kata Tina angguk-angguk.
“dulu satu sekolah dengan Yong hwa dan Joong ki ya?” Tanya Tina yang sepertinya mau tau sesuatu dari Gigi.
“iya… tapi di sekolah dulu aku gak dekat dengan mereka” kata Gigi jujur.
“ohhhh… “ Tina menganguk-angguk lagi.
“mbak…” panggil Tina mendekat pada GIgi. Gigi sedikit bingung dengan tingkah Tina.
“aku udah lama suka dengan Joong Ki” kata Tina sedikit berbisik.
“mbak ga pacarn dengan Joong ki kan?” Tanya Tina
“enggak, kamu kenapa mikir begitu?” Tanya Gigi.
“semua orang dikampus udah tau lagi kalo mbak pergi ke pesta mbak Laras berdua dengan Joong ki,” kata Tina tersenyum.
“ohhh…  semua orang?” Tanya Gigi tidak percaya.
“iya dong mbak… tapi mbak gak pacaran kan sama Joong ki” Tanya Tina lagi.
“enggak” jawab Gigi tegas. Tina terlihat mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Sebuah amplop yang sepertinya hasil karya sendiri.
“tolong berikan ini pada Joong ki. Ini perasaanku, aku titipin pada mbak untuk disampein ke JOong ki.” Katanya sambil memberi amplop berwarna merah muda itu.
“masih jaman ya beginian?” Tanya Gigi polos.
“memang ini bukanlah zamannya untuk menuang perasaan di secarik kertas pada orang yang dicintai tapi Ini klasik dan elegan. Seperti bangunan tua yang semankin tua dan terawat. Perasaan aku juga seperti itu. Klasik, elegan dan terawatt” kata Tina penuh semangat. Gigi garuk-garuk kepala mendengar kata-katanya.
“tolong mbak… hatiku sudah terasa berat memendam ini setiap hari. Dan aku hanya berani menatapnya tanpa berani bertegur sapa dengannya.” Kata Tina kini terlihat sedih.
Gigi merasa melihat dirinya yang dulu pada Tina. Tapi paling tidak Tina jauh lebih unggul dari pada dirinya yang dulu. Tina berani mengungkapkan perasaanya walau dititipin ke orang.
“kalau dia nanya siapa, Bilang aja no handphone  ku sudah tertulis disitu mbak” kata Tina kini terlihat memohon padanya.
“tolong ya mbak..” kata Tina makin memohon ditambah ada air membumbung dipelupuk matanya walau terlihat ditahan.
“oke… oke…” kata Gigi akhirnya. Gigi hanya tidak tau kapan ia akan bertemu Joong ki lagi, kalau ia sengaja menirim sms untuk meminta Joong ki menemuinya pasti Joong ki bakalan menyombongkan diri dengan berbagai ucapannya.
“kamu kenapa suka Joong ki sih? Yaaa.. selain tampan gak ada yang bisa dilihat dari dia lagi” Tanya Gigi.
“wah…. Wah,,, wah… mbak belum bisa melihat sisi baik Joong ki. Joong ki itu seperti matahari yang cerah ditutupi awan gelap. Kalau kita sudah menyibak awan itu, kita pasti bisa melihat sinarnya” kata Tina yang ternyata orangnya puitis berlebihan.
“kamu kenapa masuk pertanian sih,kenapa gak sastra aja?”Tanya Gigi heran
“ah… mbak Gigi bisa aja deh” kata Tina malu. Gigi tersenyum geli melihatnya.
Keesokan paginya saat Gigi bersiap  pergi kuliah tanpa sengaja matanya tertuju pada amplop merah jambu milik Tina.
“ahhh… harus kah aku telpon Joong Ki?” Tanya Gigi menimbang –nimbang ragu. Lagipula Gigi sedikit bingung dengan Joong ki yang sepertinya tidak mau datang atau sekedar mengirim sms padanya akhir-akhir ini.
Gigi  akhirnya mengirim sms pada Joong ki. Ia berharap siapa tau jika ia bertemu Joong ki ia akan bertemu yonghwa. Walaupun Ia tidak bertemu Yong hwa, paling tidak ia bisa menanyakan maksud  omongan Yong hwa saat itu, sebelum ia pulang dari rumah Yong hwa.
“heheheheheh..” tawa Gigi senang. Berharap dia bakalan beneran ketemu Yong hwa.
“Kenapa? kamu kangen aku ya?” Tanya Joong ki membalas sms Gigi. Gigi mayun saat membaca sms itu.
Gigi bingung mau balas apa. Akhirnya ia tidak membalas sms Joong Ki. Ia buru-buru  berangkat kekampus. Ia ada kuliah pagi hari ini.
Saat Gigi selesai kuliah, Ia menuju ke Perpustakaan. Ada Tugas yang akan dikumpul sore ini. Gigi sudah bertekad untuk meneyelesaikan beban sks satu semester ini, kemudian mengambil semester pendek sehingga skripsi bisa dipercepat. Ia tidak ingin membebani ayahnya dengan berlama-lama di bangku kuliah.
Gigi mencari buku yang ia perlukan dilorong-lorong rak buku. Ia terlihat serius melakukan itu, tanpa ia sadari ada sepasang mata yang terus mengikuti dan memperhatikannya.
Setelah menemukan semua buku yang ia perlukan, Gigi mencari meja yang rada pojokan kemudian duduk dan mulai mencari bahan tugas dari buku yang dicarinya. Gigi mengambil botol minumannya, ia terlihat kesulitan beberapa kali untuk membuka itu hingga akhirnya bisa terbuka. Ia meneguk air dari botol kemudian mulai membuka note nya. Gigi melemaskan jari-jarinya lebih dulu kemudian mulai mengetik.  Sepasang mata itu masih memperhatikan semua yang dilakukan Gigi sekarang. Ia menikmati semua itu dan kadang senyuman tampak dari bibirnya yang indah. (^_^)



Hampir sejam Gigi berkutat dengan bukunya, ia hanya berhenti sebentar untuk mengucek pelan matanya yang lelah dan minum air. Setelah selesai, Gigi  tersenyum puas.  Ia menutup notenya kemudian ia pun mulai melihat keseliling perpus untuk membuat matanya beristrahat. Saat itulah matanya menangkap sosok Joong ki yang duduk tidak jauh darinya. Ia sedang tersenyum dan melambai ke arahnya. Gigi juga melambaikan tangannya tapi tidak tersenyum. ia teringat sms sombong Joong ki tadi pagi.
“hai macan mabuk..” sapa joong ki tersenyum riang saat ia mendekati Gigi kemudian duduk semeja dengan Gigi.



“heheheheh… lucu ya? Macan mabuk.”kata Gigi datar.
“ wah… kamu ingat gak udah melakukan apa aja waktu mabuk kemaren?” Tanya Joong ki mencoba menarik rasa ingin tahu Gigi.
“enggak…. Aku udah melakukan apa?’tanya Gigi penasaran. Yup, Joong ki berhasil.
“kamu teriak-teriak dimobil waktu aku membawa kamu kerumah Yong hwa”
“aku teriak-teriak tentang apa?”Tanya Gigi makin penasaran.
“kamu teriak. JOONG KI GUANTENG, JOONG KI KEREN, I WANT JOONG KI!” kata joong ki menirukan suara orang yang sedang teriak-teriak seperti orang gila walau ia masih mengontrol nada suaranya.
Gigi menatapnya datar dan tidak berkata apa-apa. ia merasa akan percuma jika ia menayakan apa maksud omongan Yong hwa hari itu. Gigi membereskan note dan buku-bukunya.
“kamu mau kemana?” Tanya Joong ki heran.
“aku mau makan kekantin, aku jadi lapar denger omomgan kamu” kata Gigi kemudian beranjak pergi.
“hei, aku juga lapar” kata joong ki dan mengikutinya dr belakang.
“hei, hei tunggu dong… macan jalannya emang cepat ya” kata Joong ki berlari mengikuti Gigi hingga ia berada disamping Gigi.
Gigi memesan donat dan air putih begitu juga dengan Joong ki. Joong ki terus mengikutinya hingga mereka duduk dimeja yang sama.
“gak ada yang mau diomongin sama aku?” Tanya joong ki. Ia sebenarnya tau kalau gigi ingin mengatakan sesuatu. Gigi gak mungkin mengirim sms padanya jika tidak ingin mengatakan sesuatu.
“oh iya…” kata Gigi ingat sesuatu kemudian membuka tas nya dan mengambil surat dari Tina. Gigi menyerahkan surat itu pada Joong ki.
“apa ini?” Tanya Joong ki bingung.
“ itu dari  anak fakultas pertanian” kata Gigi.
“hahahahahah” joong ki tertawa melihat surat itu.
“kenapa? “ Tanya Gigi, ia merasa Joong ki sedang berbangga sekarang.
“namanya Tina kan? Dia udah sering kirim beginian ke aku. Setiap anak fakultas pertanian yang berteman denganku pasti pernah dititpin surat olehnya” kata Joong ki
“ohh…” kata Gigi merasa tertipu oleh Tina.
“isi suratnya selalu sama, kamu adalah matahari yang tertutup kabut awan yang hitam, bla.. bla..bla..” kata Joong ki seolah sedang membaca puisi.
“wah…. “ kata Gigi lagi. Ia benar-benar ditipu oleh adik kelasnya.
‘jangan cepat percaya sama orang yang baru kamu kenal.” Kata joong ki.
“sekarang suratnya simpan lagi, entar kalo udh jauh dari kampus baru dibuang” kata joong ki.
“ah, kamu dong yang buang” kata gigi menolak.
“sebenarnya aku mau aja buang itu sekarang dimana aku suka, tapi aku gak mau nanti kamu yang disalahin” kata joong ki.
“kenapa mesti aku yang disalahin? Aku kan udah sampein kekamu” kata Gigi masih bersi keras.
“oke, aku buang sekarang ya, mungkin sekarang Tina sedang mengawasi kita, aku udah tau si tina ini, dia tu stalker” kata joong ki mengingatkan kemudian ia mengambil surat itu dan bersiap melemparnya ke tong sampah yang tidak jauh dari mereka, namun buru-buru diambil Gigi dan dimasukin lagi kedalm tasnya. Joong ki tersenyum.
“ tapi beneran aku ada ngomong yang aneh-aneh waktu dirumah yong hwa?” Tanya Gigi lagi.
“gak ada, emang kenapa?” tanay Joong ki penasaran
“karena siang itu waktu mau pulang dari rumah Yong hwa, dia ngomong sesuatu “ kata Gigi dan memutuskan untuk cerita dengan Joong ki.
“apaaan?” Tanya Joong ki makin penasaran.
“dia bilang aku gak perlu topeng, karena aku udah cantik tanpa topeng” kata Gigi tertunduk malu. Ia teringat kalau Yong hwa pernah bilang dia cantik.
“waktu malam di karoke itu, kamu ingat gak kamu ngomong apa aja?” Tanya Joong ki.
“ aku…” kata Gigi mulai mengingat.
‘aku bilang tentang minuman keras, terus aku ingat Yonghwa tertawa, setelah itu aku gak ingat lagi” kata Gigi terlihat kesulitan mengingat. Joong ki tersenyum.
“kenapa?” Tanya Gigi.
“topeng ya? Kamu merasa pakai topeng sekarang?” Tanya joong ki.
“menurut kamu?” Tanya Gigi
“coba lihat diri kamu” kata Joong kI. Gigi melihat dirinya sendiri, ia merasa tidak ada yang salah dengan apa yang ada didirinya.
“kamu itu dandanan seperti penyanyi dangdut kelurahan” kata Joong ki. Gigi mentapanya tidak suka.
“kamu itu dandanan seperti tante-tante yang mencoba menutupi masalh hidupnya dengan caranya berdandannya” Gigi masih terdiam.
“kamu dandanan seperti wanita pencari pria hidung belang” kata Joong ki dan sekarang Gigi meremas botol minumannya dengan penuh amarah.
“tapi kamu bukan salahsatu dari mereka itu semua, kamu adalh Gigi yang pergi kekampus punya niat baik kuliah dan  duduk pojokan diperpus ngerjain tugas. sendiri dan tidak punya teman.” Kata Joong ki. Ia tampak serius saat ini.
“kamu hanyalah wanita polos yang mencoba bertahan dengan cinta tak sampainya” kata Joong ki menatap Gigi dalam. Gigi  terlihat sedih.
“kamu bukan salah satu dari mereka, jadi kamu gak perlu harus berpenampilann seperti mereka. Kamu cukup jadi Gigi seperti Gigi yang dulu aku kenal di smu” kata Joong ki.
GiGi mencoba menghapus air matanya.
“kamu cukup jadi Gigi yang berpenampilan apa adanya, yang menyayangi dirinya sendiri hingga ia bisa berdiri tegak penuh percaya diri,” kata Joong Ki.
“tapi ya… kalo kamu berpenampilan seperti dulu, aku pasti terdorong lagi buat jahilin kamu” kata Joong ki tertawa. Gigi masih terdiam walau sudah tidak ada air mata lagi.
“ke lapangan basket yuk, jam segini pasti sunyi” ajak Joong ki menarik tangan Gigi. Ia ikut saja.
Mereka duduk di tepi lapangan dibawah pohon rindang.
“aku kira aku bisa jadi Gigi yang periang dan mudah berteman jika aku merubah penampilanku. aku pikir penampilan ini bisa membuatku lebih terbuka dengan orang lain” kata Gigi menatap ke lapangan yang kosong.
“dengan berubah seprti inu aku harap aku bisa memiliki karakter yang  kuat Tapi aku salah memilih karakter yang pantes buatku” kata Gigi mencurahkan isi hatinya.
“terus, kenapa kamu bertahan begini” Tanya Joong ki. 
“kalo aku rubah penampilan jadi kelinci yang lucu, aku rasa itu tidak cocok, lagipula aku gak mau terlihat labil dengan merubah-ubah penampilanku” kata Gigi yang saat ini merasa nyaman menuangkan semuanya didepan Joong ki.
“kalau kamu mau diperhatikan Yong hwa, kamu harus merubah penampilan mu, kamu gak harus terlihat seperti kelinci yang lucu atau macan yang garang dan pemberani. Kamu cukup jadi Gigi” kata Joong ki.
“emang bisa?” Tanya Gigi tidak percaya.
“apanya? Untuk berubah?’tanya Joong ki balik
“untuk membuat Yong hwa memperhatikanku walau sebentar” jawab Gigi.
“ya… bisa saja. Yong hwa memang bersama Laras sekarang, tapi  walau hanya sebatas untuk menarik perhatiannya sebentar,ia pasti melihatmu” kata Joong ki. Gigi tersenyum lebar padanya, Joong ki melihat senyuman itu sebentar kemudian tersenyum dan menatap lapangan lagi.
Gigi makin tersenyum dan tersenyum.
“ kamu mau bantu aku?” pinta Gigi.
“emmmm…. Gimana Ya?” kata Joong ki berpura-pura ragu untuk membantu.
“untuk permohonan maaf atas perbuatan aku dulu di sma, aku akan bantu”kata Joong ki.
Gigi tetrtunduk, ia terharu, “ makasih” katanya pelan namun bisa didengarJoong ki.
“tapi kamu gak dendam padaku lagi kan?” Tanya Joong ki. Gigi geleng-geleng  dan tersenyum. Joong ki tersenyum melihat itu. Kemudian ia melihat kelangit dan berkata:
“wahhh… cuacanya cerah hari ini”
“ahhhh… aku telat masuk nih” kata Gigi menyadari bahwa sudah saatnya untuk masuk kuliah. Gigi bergegas dan pergi berlari menuju ruang kuliah. Setelah beberapa langkah ia berbalik kembali melihat kearah Joong ki dan joong ki juga sedang menatapnya saat ini.
“Joong ki… makasih! “ kata Gigi lagi dengan penuh rasa bahagia. Joong ki tersenyum kemudian Gigi kembali berlari meninggalkan Joong ki.
Saat diruang kuliah, Gigi kembali tersenyum. Ia bahagia. Tapi apakah ia bahagia karena bisa menemukan sahabat yang dapat ia percaya atau karena ia akan memiliki kemungkinan untuk menarik perhatian Yong hwa. Sepertinya ia belum menyadari apa yang benar-benar  ia rasa.
Saat kelas Gigi sudah selesai semuanya, hari sudah mulai gelap. Dengan langkah lelah, ia menuju parkiran. Mata kuliah Gigi memang menumpuk di hari ini. Joong ki ternyata sudah berdiri disamping mobil tua Gigi untuk menuggunya.
“ayo aku antar kesalon” ajak Joong ki penuh semangat.
“buat apa?” Tanya Gigi bingung.
“rambutmu perlu dirubah, mataku lama-lama bisa juling jika terus-terusan dekat kamu” kata Joong ki.
“apa gak bisa besok aja, aku udah capek banget nih..” kata Gigi mengeluh.
“kalau kamu mau aku bantu, kamu harus nurut apa kata aku” Kata joong ki sedikit memaksa.
“aku juga ngantuk” kata Gigi mengeluh lagi. Tapi Joong ki menarik tangan Gigi dan mendorongnya masuk kemobil. Joong ki juga ikutan masuk ke kursi kemudi.
“yups! Berangkat!” kata joong ki semangat ingin mengubah rambut macan Gigi yang berwarna merah.
Begitu sampai disalon, rambut Gigi langsung mulai di make over. Sepertinya joong ki sudah buat perjanjian dengan salon karena Gigi tidak perlu menjelasakn pada karyawan salon rambutnya mau dibuat apa.
Tak lama Gigi mendapat sms dari Joong ki.
“entar kalau sudah selesai aku jeput, aku alergi  salon :D” begitu isi sms Joong ki. Tapi Gigi tidak membalas sms itu, ia keburu ketiduran walau kepalanya tidak bersandar. Gigi memang bisa jadi ratunya tidur jika ia kelelahan. Pegawai salon sekarang tampak kesal pada Gigi. Mereka kesulitan menata rambutnya karena kepala Gigi yang bentar-bentar terhuyung-huyung  kesana kemari.
Gigi baru tersadar saat pundaknya ditepuk dengan keras. Ia terkejut dan berdiri tiba-tiba.
“mbak, ni tisu…” kata salah satu pegawai salon menyodorkan tisu padanya. Gigi tampak bingung, pegawai salon menunujuk ujung bibir Gigi yang penuh dengan ilernya. Gigi baru mengerti, ia buru-buru mengambil tissue dan melap ilernya beberap kali. Pegawai salon itu tersenyum melihat tingkah konyol Gigi.
“aku masih ngantuk” kata Gigi sambil menguap. Kemudian dan akhirnya Gigi melihat dirinya dicermin. Ia menatap dirinya tidak percaya.
“wahhh… salon ini bagus banget..” kata Gigi. Ia tidak ingin memuji penampilannya yang kini tampak lebih cantik, jadi dia memuji salon itu saja.
“kerja kalian bagus banget..” kata Gigi menatap haru pada kedua pegawai salon. Mereka tersenyum.
“mbak memang cantik kok..” kata salah satu pegawai salon yang rada melambai.
“makasih” kata Gigi tersipu. Ia sempat berpikir kenapa ia selama ini bertahan dengan rambut macannya.
“Gi,” panggil Joong ki yang ternyata sudah didalam salon. Gigi tersenyum melihat Joong ki. Ia melangkah kearah Joong ki dengan senyum senang. Joong ki sempat terpukau walau ia coba sembunyikan.
“aku mau ketemu Yong hwa sekarang” kata Gigi penuh dengan semangat saat ia sudah berdiri didepan Joong ki. Joong ki mendoer kepala Gigi dengan penuh jengkel.
“aduh..” kata Gigi kesakitan.
“gak usah sok manja. Itu sama sekali gak sakit. Dimata aku kamu masih tetap macan” kata joong ki kemudian berjalan keluar dari salon. Gigi mengikutinya dari belakang sambil menggosok-gosok kepalanya yang di doer Joong ki.
“ayo cepetan jalan, kamu tau ini udah jam berapa?” kata Joong ki kesal karena Gigi jalannya lama.
“kenapa jadi marah-marah begini sih?” gerutu Gigi kesal. Ia masuk kedalam mobil.
Walaupun Joong ki marah-marah, tapi ia mengantar Gigi sampai rumahnya.
“kamu pulang gimana? Seharusnya tadi kamu langsung pulang naik taksi aja” kata Gigi merasa bersalah.  Karena jam sudah menunujukkan jam 12 malam.
“bentar lagi Kwang so datang menjeput aku kok” kata Joong ki dengan nada yang terdengar tidak marah lagi.
“ohhh… masuk dulu yuk….” Ajak Gigi membuka pintu rumah kontrakannya yang sederhana.
“kamu mau minum sesuatu?” Tanya Gigi saat joong ki sedah duduk disofa depan tv.
“emmmmm… teh hangat?’ Tanya Joong ki.
“oke,bentar ya…” kata Gigi menuju dapur. Saat ditinggal Gigi kedapur, Joong ki melihat keseliling dinding ruang tamu. Disitu banyak poto yang digantung. Namun matanya jatuh pada poto diatas meja computer Gigi yang berada diruang tamu. Disitu tampak walaupun ukurannya kecil, poto Yong hwa sedang bermain gitar di sma dulu. Gigi pasti mengambil poto itu dangan diam-diam.
Ternyata Gigi sudah  kembali dari dapur membawa dua cangkir teh hangat dan melihat Joong ki sedang melihat poto rahasianya. Gigi buru-buru meletakkan teh yang dibawanya ke atas meja dan berlari kearah Joong ki.  Tapi terlambat poto itu sudah ada ditangan Joong ki sekarang. Gigi ingin merampas tapi ia tidak berhasil.
“Joong ki!” panggil Gigi marah. Joong ki tertawa.
“yong hwa cupu banget di poto ini” kata Joong ki tertawa sambil melihat poto itu. Gigi terlihat kesal dan duduk disofa.
“terserah deh,kamu udah tau semuanya. Aku gak perlu  malu-malu lagi sekarang sama kamu” kata Gigi pasrah. Ia menikmati teh hangatnya. Joong ki ikutan duduk disamping Gigi, ia juga menikmati teh hangatnya.
“gitu dong… “ kata Joong ki tersenyum.
“tapi, kamu orang pertama yang kenal Yonghwa yang mengetahui perasaan ini” kata Gigi
“ walaupun awalnya aku merasa malu, tapi aku lega sekarang karena bisa berbagi perasaan berat ini” kata Gigi lagi.
“kamu pernah gak ngerasakan perasaan seperti ini?” Tanya Gigi melihat kea rah Joong ki.
“pernah…” kata Joong ki. Itu jawaban diluar dugaan Gigi. Ia mengira Joong ki pasti dengan sombong bakalan bilang kalau ia gak pernah mencintai orang lebih dulu.
“beneran?” Tanya Gigi gaka percaya.
“iya dong… kamu kira aku seperti batu yang gak punya perasaan?” kata Joog ki
“wahh… sama siapa? Aku boleh tau juga gak? Kamu kan udah tau orang yang paling aku sukai” Tanya Gigi penuh dengan rasa penasaran.
“cari tau sendiri, aku tau kamu suka Yong hwa dengan caraku sendiri” kata Joong ki
“ayo dong bilang… aku gak bakalan bilang ke siapapun” kata Gigi mulai memaksa.
“gakmau” kata Joong ki tegas kemudian meneguk tehnya.
“ayo dong bilang, bilang, bilang, bilang,” kata Gigi menusk-nusuk pundak Joong ki dengan telunjuknya.
“sakit tau!” kata Joong ki kesal sambil memegang pundaknya.
“sakit ya?’ Tanya Gigi bingung sambil mencoba pada lengannya sendiri dengan menusuk-nusuknya dengan telunjuknya sendiri.
“enggak kok” kata Gigi kemudin kembali menusuk-nusuk Joong ki dengan telunjuknya.
“hei!” kata joong ki mulai marah. Akhirnya ia juga ikut melakukan yang sama pada Gigi.
“hei, itu geli. Aku gak nyentuh kamu di perut” kata Gigi tertawa Karena merasa geli. Joong ki jadi tertawa melihat tawa Gigi. Saat bersamaan pintu rumah Gigi pun diketuk. Gigi buru-buru berdiri dan membuka pintu. Itu pasti Kwang so pikir Gigi.
Gigi terpaku saat tau siapa yang ada dibalik pintu. Itu Yong hwa yang sekarang sedang tersenyum padanya.
“oh, silahkan masuk” kata Gigi mulai terbodoh.
“gak usah, Gi. Ini udah larut” kata Yong hwa. Dan Joong ki sudah berdiri dibelakang GIgi.
“iya… kami langsung pulang yaaaa…” kata Joong ki kemudian keluar dari rumah Gigi. Gigi mengangguk.
“dah Gigi, nice hair” kata Yong hwa dan tersenyum sebelum ia meninggalkan rumah Gigi. Mereka pun pergi. Gigi terus menatap mobil mereka hingga tak terlihat lagi.
Gigi tersenyum sebelum ia tertidur. Ia teringat kata-kata nice hair dari Yong hwa, dan senyuman itu tadi membuat Gigi berdebar. Itu tak pernah berubah persis seperti tujuh tahun yang lalu.


Joong ki memberikan pada Yong hwa poto tadi saat mereka diperjalanan pulang.
“apa ini?” Tanya Yong hwa melihat poto itu. Ia tertawa menyadari betapa cupunya ia dulu.
“dari mana?” Tanya Yong hwa.
“rumah Gigi” jawab Joong ki tanpa melihat ke arahnya karena sedang mengendarai mobil. Yong hwa makin tertawa. Ia tampak tidak percaya.
“Gigi makin cantik ya..” kata Yong hwa saat tawanya sudah reda.
“ diam!” kata Joong ki tidak suka. Yong hwa tertawa lagi.
“bagaimana kalau kalian pura-pura pacaran didepanku?” kata  Yong hwa memberi ide. Joong ki tidak  berkomentar. Ia menatap jalanan.
“kepura-puraan tidak selamanya berakhir buruk kan? Kepura-puraan juga kadang berkhir manis” kata Yong hwa lagi. Joong ki masihh tidak menanggapi omongan Yong hwa.
“tadi jadi dinner bareng laras?’ Tanya joong ki memgalihkan pembicaraan. Sekarang Yong hwa yang terlihat kurang suka. Yong hwa terdiam. Ia teringat dengan dinner tadi bareng Laras. Laras terlalu sibuk dengan handphone nya, terus dinnernya berakhir lebih awal karena Laras harus pergi karena urusan kerja yang mendadak.
“kenapa?’” Tanya joong ki. Yong hwa masih terdiam.
“spertinya Gigi lebih menarik untuk diobrolin malam ini ya?” kata Joong ki tersenyum.
“iya… Gigi makin cantik” kata yong hwa lagi dan tersenyum.
“aku bilang diam!” kata Joong ki berteriak.Yong hwa makin tertawa.
“hei, kalian lupa ya ada aku disini?” kata Kwang soo kesal yang ternyata ada  di kursi belakang. ia terbangun dari tidurnya karena Teriakan Joog ki tadi cukup keras. Yong hwa makin tertawa.
Keasokan harinya Gigi pegi kuliah seperti biasa. Yang buat dia terlihat berbeda hanya rambutnya saja selain itu Gigi masih terlihat seperti Gigi yang biasa.  Setelah kuliah paginya selesai Ia langsung menuju lapangan basket. Saat kuliah pagi tadi berlangsung, ia menerima sms dari Joong ki. Joong ki menyuruh Gigi untuk menemuinya dilapangan basket.
“ahhh… kuliah pagi ini benar-benar bosenin. Mana aku ngantuk lagi” kata Gigi mengeluh saat ia sudah duduk disamping Joong ki.
“hoammm…” Gigi menguap.
“aku ngantuk, aku mau tidur diperpus sambil pura-pura baca buku” kata Gigi mengeluh.
“kamu kenapa menyuruh aku kemari? Tanya Gigi.
“spertinya kamu perlu beli baju” kata Joong ki
“buat apa? baju aku masih banyak. Aku bukan seorang shopaholic yang suka beli-beli hal yang gak diperluin” kata Gigi bangga.
“kalo gitu, kamu apa punya baju yang lain selain yang beginian?” Tanya Joong ki sambil menunjuk pakaian yang dikenakan Gigi.
“gak ada sih… semua pakaianku seperti ini. aku beli semua yang seperti ini saat kuliah di Malaysia dulu.” Kata Gigi sambil menguap lagi.
“lagi pula baju-baju ku masih bagus, kalo aku beli yang baru, sayang kan gakdipake lagi” kata Gigi
“tapi kamu mau berubah penampilan? Tapi kamu mau dilirik Yong hwa walaupun sebentaar? Tapi kamu mau aku bantu?” kata joong ki kesal.
“jangan marah-marah dong…” kata Gigi mengeluh.
“iya… iya… entar aku beli baju” kata Gigi menurut.
“nah… begitu dong…” kata Joong ki tersenyum.
“ nah gitu dong… senyummmmm...” kata Gigi yang tampak senang dengan senyuman Joong ki tanpa sadar ia mencubit Pipi Joong ki.
“HEI!” teriak Joong ki tidak suka. Gigi sekarang malah tertawa melihat amukan Joong ki. Gigi makin menusuk-nusuk gemas pipi Joong ki dengan telunjuknya.
‘hei, itu sakit!”kata Joong ki kini berdiri dan berlari dari samping Gigi. Gigi makin tertawa.
“apa itu membuat mu senang?” Tanya Joong ki  tersenyum.
“kenapa aku dari dulu gak sedekat ini dengan kamu ya?” Tanya Gigi seolah pada dirinya sendiri.
Jong ki tidak memberi jawaban untuk pertanyaan Gigi barusan. ia kembali duduk disamping Gigi.
“hari ini aku kuliah Cuma sampe siang, temeni aku belanja ya, ya, ya, ya, ya, ya,!” pinta Gigi beberapa kali.
“emmmmm… gimana ya?” kata Joong ki berusaha membuat Gigi memelas..
“ayo dong.. ayo dong… ayo dong, setelah itu aku traktir makan entar.” Kata Gigi membujuk pada temannya.
“emm… aku itu Joong ki salah satu cowok terkeren dikampus, semua cewek membicarakan aku, kalau ada yang melihat, mereka pasti beranggapan kalau kamu itu pacar aku, emang kamu mau difitnah begitu?” kata joong ki lagi.
“terus aku peduli?’ kata Gigi cuek. Gigi memang tidak terlalu peduli dengan anggapan orang-orang judgemental.
“ gimana kalo kita pura-pura pacaran?’ tawar joong ki.
“hah? Buat apa?’ Tanya Gigi terkejut.
“kamu ingin ketemu Yong hwa terus kan?” Tanya Jong ki.
“iya!” jawab Gigi cepat.
“ dengan pura-pura jadi pacar aku, kamu bakalan bisa ketemu tiap hari dengannya” kata Joong ki
“misalnya begini,” kata Joong ki.
“Yong hwa buat acara dirumahnya kemudian dia pasti menyuruh aku untuk datang membantunya. Aku  bakalan datang dengan kamu, kalo yang lain, seperi Laras, bertanya kenapa, aku tinggal bilang kalo kamu pacar aku” kata joong ki penuh semangat.
“ohhh…  masuk akal juga” kata Gigi mengangguk –angguk. Joong ki tersenyum girang.
“jadi, didepan yong hwa kita harus pura-pura pacaran?” tanya Gigi.
“sebenarnya tidak hanya didepan Yong hwa sih… seperti yang kamu tau. Yong hwa itu kan pinter. Entar kalo dia dengar dari orang lain bahwa kita terlihat tidak pacaran kalau dibelakangnya gimana? entar dia curiga terus nanya-nanya ke aku, terus aku mau jawab apa?” Kata Joong ki berusaha mempengaruhi Gigi.
“jadi kita harus pura-pura pacaran?” Tanya Gigi.
“iya dong… ini untuk melancarkan usaha kamu” kata Joong ki lagi. Gigi terdiam.
“kenapa? kamu gak suka jadi pacar seorang Joong ki?’ Tanya Joong ki.
“bukan… aku gak pernah pacaran. Terus tiba-tiba harus pura-pura pacaran” kata Gigi terlihat bingung.
“kamu belum pernah?” Tanya joong ki sedikit tidak percaya. Gigi mengangguk.
“pantes aja sih… habis kamu tertutup banget” kata Joong ki.
“gak… aku gak pernah bisa jatuh hati, udah terlanjur suka Yong hwa” kata Gigi jujur.
“iya… itu karena kamu tertutup banget, coba aja kamu mulai sebuah hubungan dengan seseorang, kamu secara perlahan pasti bisa lupa dia” kata Joong ki. Gigi mengeglangkan kepalanya
“gak mungkin bisa” kata Gigi bulat.
“terus sekarang gimana? Kamu mau gak memulai tawarn yang aku bilang tadi?” Tanya Joong ki.
“aku sudah sejauh ini sampe pindah kuliah segala, jadi aku harus terus maju” kata Gigi bertekad.
“nah.. gitu dong..” kata joong ki tersenyum lebar.
“jadi, kita pura-pura pacaran sekarang?” Tanya Gigi, Jong ki mengangguk mantap.
“ Baiklah, bantu aku ya, pacar pura-pura ku” kata Gigi sambil memberikan jabatan terbuka pada Joong ki. Joong ki menerima jabatan itu. Mereka sama-sama tersenyum.  matahari pagi tampak cerah ceria tapi Salah satu dari mereka kini mencoba menahan luapan sakit dihati karena perih.
Setelah pulang kuliah mereka pergi belanja baju-baju baru untuk Gigi. Mereka menghabiskan waku dengan senang bersam-sama.  Gigi merasa sangat bahagia bisa tertawa dan becanda dengan Joong ki. Ia menikmati waktu yang berlalu dengan Joongki.  Ia sepertinya sudah lupa kalu dia pernah punya kenangan buruk dengan Joong ki.
“aku capek, ngantuk tapi aku senang” kata Gigi tersenyum saat mereka sudah duduk untuk makan.
“aku juga” kata joong ki tersenyum. Joong ki sama sekali tidak merasa bosan selama belanja karena ia telihat lebih semangat memilihkan baju untuk Gigi.
“kamu saat ini gak punya pacar?” Tanya Gigi polos pada Joong ki.
“enggak… kenapa?” Tanya Joong ki balik.
“gak… aku takut ada yang melabrak aku entar” kata Gigi terseyum.
“kalo jadi pacar aku itu memang harus kuat, karena akan banyak hal yang menentang” kata Joong ki serius.
“beneran?” Tanya Gigi sedikit takut. Tiba-tiba ia teringat Chika dan Tina si stalker.
“Tapi tenang…. Aku bakalan jaga pacar aku kok” kata Joong ki tersenyum.
“walaupun pacar pura-pura?’ Tanya Gigi. Joong ki mengangguk mantap. Gigi terseyum senang.
Saat pulang, Gigi bersikeras ingin mengantar Joong ki pulang denagn mobil tuanya. Walaupun awalnya Joong ki menolak, tapi akhirnya ia mau diantar Gigi ke rumah yong hwa. Gigi tidak mau melihat Joong ki pulang terlalu larut kalau  Joong ki harusmengantarnya pulang dulu kerumah.
Saat bersiap untuk tidur, Gigi menerima sms dsri Joong Ki.
“selamat tidur pacar pura-puraku… J besok kita bakalan lari pagi bareng Yong hwa, kamu aku jeput ya” begitu isi sms joong ki.Gigi tersenyum lebar mirip Omas waktu  baca sms itu. Bagian mana yang buat dia senang, belum ada yang tau. Gigi terus tersenyum hingga ia tertidur.  Ia berharap senyuman ini akan terus hadir disetiap malam menjelang tidurnya seperti ini. Hingga mimipi indah yang menyambutnya di alam tidur.
Gigi sudah terbangun pagi sekali. Karena takut terlambat ia menyetel alaram jam 4 pagi. Setelah selesai mandi, ia baru sadar kalau tidak punya  training untuk jogging.
Stelah beberapa kali ditelpon, akhirnya joong ki memnjawab telepn dari Gigi.
“kenapa?” tanga Joong ki masih mengantuk berat.
“gawat nih!” kata Gigi gelisah.
“ kenapa?” Tanya Joong ki dengan pertanyaan yang sama lagi.
“aku gak punya training untuk jogging” kata Gigi akhirnya. Joong ki menggaruk kepalanya kemudian melirik jam.
“ini masih jam 4 pagi, Gi… Aku bakalan datang jam 5.30 nanti dan membawa training untuk kamu” kata Joong ki sabar mengahadapi Gigi. Padahl dia lagi ngantuk-ngantuknya.
“ohh…  thanks… “ kata Gigi kemudian menutup telepon. Ia kembali memakai baju tidur dan berbaring dikasurnya. Ia tidak bisa tidur lagi.
Joong ki lagnsung jatuh tertidur setelah menerima telepon dari Gigi. Sepertinya ia tidak tertidur satu malaman ini.
Persis seperti yang dijanjikan Joong ki. Ia sudah tiba dirumah Gigi tepat jam 5.30 pagi. Joong ki mengetuk pintu rumah Gigi. Tak lama Gigi membuka pintu masih mengenakan baju tidur. Rambut hitam panjangnya dikucir ekor kuda.Gigi tampak jadi seperti gadis periang pagi ini. senyumannya juga sangat cerah.
“aku masak, kamu mau makan?” tawar Gigi riang.
“hot tea?”tawar Gigi lagi karena joong ki masih terdiam menatapnya.
“hot tea” jawab joong ki akhirnya.
Joong ki menyerahkan bungkusan yang dibawanya pada Gigi. 
“itu baju taraining mama..” kata Joong ki pada Gigi.
“mungkin sedikit kegedean..” kata Joong ki lagi. Ia berjalan menuju meja makan Gigi.Gigi melihat training itu yang berwarna pink lembut. Gigi sebenarnya paling gak suka dengan warna pink. Tapi ia bisa mentolerir semuanya, joong ki sudah berbuat banyak untuknya.
“wah… ada endok dan nasi goreng!” kata joong ki terdengar semangat dari meja makan. Gigi sedang mengganti  pakainnya dikamar dengan sedikit buru-buru.
“iya… kamu mau makan sekarang?” tawar Gigi sudah keluar dari kamarnya. Benar saja , training itu sedikit kegedean dikenakanya. Joong ki tersnyum melihat Gigi.
“kenapa?” Tanya Gigi.
“enggak… itu training mama” kata Joong ki tersenyum lagi.
“enggak apa-apa deh… kan ada kamu yang buat aku PD” kata Gigi tersenyum. Joong ki berhenti terseyum mendengar kata-kata itu namun Gigi tidak sedang melihatnya. Karena ia buru-buru menyiapkan sarapan utuk Joong ki.
‘kamu ngapain?” Tanya Joong ki
“kamu mau sarapan kan?” Tanya Gigi.
“aku belum mau makan sekarang, kita buat bekal  aja yuk” ajak Joong ki.
“ayuk…” kata Gigi semangat. Kemudian mencari koleksian tempat bekalnya yang lumayan banyak.
Setelah selesai menyiapkan bekal mereka berangkat ke Taman yang dijanjiakn dengan Yong hwa untuk lari bersama . Saat tiba ditujuan ternyata Yong Hwa sudah disitu dengan Laras.
“kalian lama banget sih…” keluh Laras begitu mereka Tiba.
“maaf….kenpa gak lebih dulu Jogging berdua?” Tanya joong Ki ke Laras dan Yong hwa.
“ Laras sebenarnya menunggu Gigi untuk menemaninya ke toilet”  kata Yong hwa.
“iya.. temenin dong Gi…” pinta Laras pada Gigi. Kemudian menarik tangan Gigi dan menjauh dari dua lelaki itu.
“aku sepertinya dapet, temenin aku ke mini market disebelah sana yuk” bisik Laras ke Gigi.
“kenapa? kebelet pup? Kamu gak mau nemenin apa?’ Tanya Joong ki kurang mengerti pada Yong hwa saat mereka mulai jongging bersama.
“bukan… spertinya dapet” kata Yong hwa tampak males untuk membahasnya. Joong ki tertawa mendengar. Laras adalah wanita yang ingin terlihat sesempurna mungkin didepan siapapun. Jadi dia tidak ingin terlihat sedikit lebih manusia didepan lelaki manapun.
“hati-hati… biasaya wanita kalo lagi bulanan jadi garang” kata joong ki tersenyum. Yong hwa tidak menjawab apapun ia berlari lebih kencang meninggalkan Joong ki dibelakangnya. Sebenarnya acara Jogging bareng ini adalh rutinitas minggu pagi Yong hwa dan Laras jika Laras tidak ada panggilan kerja sebagai reporter dipagi hari.
Setelah 15 menit,  Gigi dan Laras belum juga tampak kembali. Joong ki menelpon Gigi.
“dimana?” Tanya Joong ki begitu telepon diangkat Gigi.
“ masih didepan mini market, aku juga mau balik ni” kata Gigi.
“Laras dimana?” Tanya Joong ki.
“Laras, baru aja pergi tadi” kata Gigi.
“kamu tunggu disitu ya, aku jeput kamu” kata Joong ki kemudian buru-bur menutup teleponya dan berlari kearah mini market yang lumayan jauh dari dimana dia sekarang.
Joong ki berlari kencang utnuk cepat tiba dimini market. Ia tampak ngos-ngosan saat sudah tiba didepan Gigi.
“seharusnya kamu gak usah jeput aku” kata Gigi kasihan pada Joong ki yang terengah-engah sekarang. Ia memberikan botol minumannya pada Joong ki.
“Laras kemana sih?” Tanya Joong ki kesal ketika mereka sedang berjalan kembali ketaman.
“setelah dari toilet ada temannya yang jeput” kata Gigi bercerita.
“siapa?” Tanya Joong ki.
“aku gak bisa lihat. Soalnya temannya gak sempat keluar dari mobil” kata Gigi.
“Laras jadi aneh setelah dia diangkat sebagai pembawa berita” kata Jong ki.
“yong hwa dimana?” Tanya Gigi khawatir. Joong ki menatapnya sebentar.
“kami terpisah, dia tadi lari kencang banget. Mungkin masih ditaman” jawab Joong ki.
Kemudian Gigi terlihat buru-buru menuju taman, namun Joong ki masih keliahtan lelah hingga tertinggal dibelakangnya.
“ayo cepat..” kata Gigi kemudian mundur beberapa langkah dan menarik tangan Joong ki.
Akhirnya mereka menemukan Yong hwa yang sedang istrahat dibangku taman dan minum air.
“Laras tadi pamit pulang lebih dulu” kata Gigi dan ikutan duduk disamping Yong hwa.
“iya… tadi dia udah nelpon aku kok” kata Yong hwa terseyum. Rasa khawatir Gigi perlahan hilang.
“wahh… laper nih” kata joong ki terduduk disamping Gigi.
“kita makan bekal yuk,” ajak Gigi dan berdiri.
“aku aja yang mengambilnya ke mobil” kata Gigi kemudian meminta kunci mobil Joong ki.
“aku aja” kata Yong hwa juga ikutan berdiri.
“udah… berdua aja sana” kata Joong ki sambil menyerahakn kunci mobilnya pada yong hwa.
Kemudian Yong hwa dan Gigi menuju mobil mengambil bekal bersama. Joong ki hanya mampu menatap kedua pungung itu berjalan menajuh darinya.
“Gimana? Enak gak masakn pacar aku?” Tanya joong ki saat mereka menikmati sarapan yang dimasak Gigi.
“enak banget dong… aku cemburu dan berharap pacar aku juga melakukan hal seperti ini” kata Yong hwa tersenyum.
Gigi menatap iba Yong hwa.
“Laras juga dulu pernah masak untuk kita berdua” kata joong ki menyadari tatapan iba Gigi pada Yong hwa. Matahari semankin tinggi saat mereka pulang meninggalkan taman. Dan rasa khawatir akan hal-hal yang berbeda bersarang  dihati mereka. Sumber rasa khawatir mereka memang berbeda tapi saling berkaitan.
Kekesokan harinya saat selesai kuliah pagi, Gigi langsung menuju perpustakaan seperti biasa dan Joong ki langsung menghampirinya.
“kamu gak ada kuliah?” Tanya Gigi.
“enggak…. Aku sama sekali gak punya beban kuliah lagi. Aku males buru-buru ngurus semuanya untuk sidang”  kata Joong KI.
“ohh… jadi kamu udah selesai semuanya dan termasuk skripsi?” Tanya Gigi kurang percaya.
“pacar pura-purakamu juga pinter, kali… bukan Yong hwa aja yang pinter” kata Joong ki bangga.
“iya deh… pacar pura-puraku  memang pinter, tampan, populer dikalangan cewek lagi” kata Gigi memuji Joong ki setengah hati. Setenagh hati karena yOng hwa juga pinter dan tampan tapi dia gak sombong.
“terus kamu ngapain tiap hari kekampus?” Tanya Gigi.
“biar aku tetap dapat uang dari mama, lagi pula aku mau memastikan apakah kamu benar-benar sudah meruabh penampilan” kata Joong ki melihat Gigi. Gigi melihat jeans dan kemeja merah kotak-kotak  serta plat shoes berwaran merah yang dikenakannya. Itu semua adalh pilihan Joong ki saat belanja.
“giamana?” Tanya GiGi kemudian berdiri. Joong ki tersenyum.
“pacar aku memang sudah berubah, tapi ia tetap berani dan gak manja kok” kata Joong ki senang.
Gigi kembali duduk dan ingin membuka minuman botol yang bibelinya tadi tapi buru-buru diambil Joong ki dari tangannya dan dibukain untuk GiGi.
“makasih pacar aku…” kata Gigi tersenyum, jOong ki juga.
“ada Tugas ya?” Tanya Joong ki.
“iya… dosen disini ngasih tugas mulu” kata Gigi mengeluh.
“itu biasa… karena kamu udah mahasiswa tingkat akhir. Aku bantu ya?” tawar Joong Ki.
“emang bisa? Kamu kan mahasisawa ekonomi?” Tanya Gigi
“wahhh… masih meragukan pacarnya nih?” kata Joong ki. Gigi tersenyum.
“baiklah pacarku, bantu aku ya…” kata gigi terseyumn.Joong ki tanpa sadar  membelai kepala Gigi. Gigi sempat terdiam dengan apa yang dilakukan Joong ki padanya. Namun Joong ki terlihat tidak peduli.
Dari kejauhan, Tina si stalker memperhatian mereka berdua.  Ia merobek kertas yang dipegangnya penuh dengan rasa kesal dan marah, kemudian membuangnya ketempat sampah. Tapi dimenit berikutnya ia baru sadar tenyata kertas yang dikoyaknya tadi adalah tugas yang harus segera diserahkan ke dosen. Tina menangis.
“seminggu lagi mama Yong hwa ulang tahun” kata Jong ki bercerita saat mereka berdua dilapangan basket.
“oh ya…” kata Gigi antusias.
“Yong hwa ingin merenovasi kebun bunga ruamah mereka sebagai  hadiah ulang tahun, terus ia meminta aku dan kamu untuk membantunya kapanpun kita bisa, jadi kita besok pergi setelah kuliahmu selesai ya..” kata Joong ki.
“beneran?” Tanya Gigi senang tidak percaya.
“iya… tapi waktunya udah dekat. Jadi Yong hwa menghentikan semua kegiatannya dan bekerja dikebun tanpa sepengetahuan mamanya” kata Joong ki.
“kenapa gak cerita dari tadi?’ Tanya Gigi.
“kamu kan masih ada kuliah sampe sore” kata Joong ki.
“aku kan bisa bolos seminggu” kata Gigi.
“yuk, kita kerumah Yong hwa sekarang” ajak Gigi kemudian berdiri dari duduknya.
“kamu benran mau bolos kuliah seminggu? Kamu nanti kesusahan menyelesaikan kuliah. “ kata Joong ki memperingatkan.
“gak papa… pasti ini awalnya projek Laras dan Yong hwa untuk ultah mama Yong hwa kan? Pasti Laras gak bisa bantu karena terlalu sibuk dengan kerjaaanyakan? Jadi Yong hwa perlu bantuan kita” kata Gigi.
“ayo… kita berangkat sekarang” ajak Gigi sambil menarik lengan Joong ki. Akhirnya Joong ki menuruti permintaan Gigi. Sebenarnya Joong ki menyesal telah menceritakan tentang kado ultah Mama Yong hwa. Tapi sebelah hatinya memaksanya untuk memberitahu Gigi tentang itu.
“kamu senang deangan ini kan?”Tanya Joong ki saat mereka dijalan. Gigi mengangguk sumringah seperti biasanya jika ia punya kesempatan bisa ketemu Yong hwa.
“terus, kamu pernah penasarn gak kenapa aku mau bantu kamu?’ Tanya Joong ki.
“seperti yang kamu bilang, untuk menghapus rasa bersalah mu karena telah berbuat jahat dulu padaku saat di smu” kata Gigi.
“iya… tapi aku sudah melakukan banyak hal, seharusnya itu sudah setimpal untuk memaafkan kesalahan aku yang dulu” kata Joong ki.
“iya, aku ngerti… kamu sudah melakukan banyak hal untuk menolong aku. Kamu boleh meminta apapun untuk membalas kebaikan mu sekarang” kata Gigi akhirnya
“apapun itu?’ Tanya Gigi memastikan.
“iya… apapun itu” kata Gigi tegas.
“baiklah…” kata Joong ki mulai berpikir untuk meminta Gigi melakukan apa untuknya.
“kalo seandainya mobil tua kamu ini mogok, terus aku minta kamu untuk mendorong mobil, kamu mau?’ Tanya Joong ki.
“iya aku mau” kata Gigi penuh percaya diri seolah ia bisa mendorong mobil denagn mudah.
“wahh… aku salut ama perasaan kamu ke yong hwa” kata Joong ki memuji.
“ sebenarnya aku punya satu permintaan. Tapi aku gak bakaln meminta itu sekarang, nanti saat yang tepat pasti aku pinta” kata Joong ki.
“aku tunggu” kata Gigi bertekad untuk membantu Joong ki apapun itu jika nanti ia akan dimintai pertolongan oleh Joong ki.
Saat mereka tiba, rumah yong hwa tampak kosong, Joong ki perlu memanggil beberapa kali hingga akhirnya yong hwa muncul dari halaman belakang.
“kalian sudah datang?” sambut yong hwa ramah saat ia melihat kedatang Gigi dan joong ki.
“kamu dari mana sih?” Tanya Joong ki.
“aku dari halaman belakang mencari bibit bunga yang sepertinya masih tersisa disana” kata Yong hwa.
“kalian mau minum?” Tawar Yong hwa menuju dapur.
“ gak perlu buat minum. Entar Gigi aja yang bagian menyediakan makanan” kata  Joong ki.
“gak apa-apa Gi?” Tanya Yong hwa.
“gak papa” kata Gigi cepat.
“nah… pacar aku tu rajin banget. Kamu gak perlu khawatir. Ia gila kerja” kata Joong ki berlebihan.
“baiklah…. Sekarang biar aku dan Yong hwa mencari bibit yang ia perlukan. Kamu siapin makan siang, oke sayang” kata Joong ki ke Gigi. Ada yang menggelitik hati Gigi saat ia mendengar  panggilan sayang dari Joong kl. Gigi hanya mengangguk. Yong hwa tersenyum melihat pasangan palsu yang sedang berpura-pura terlihat romantis itu.
Joong ki dan Yong hwa sudah menuju halaman belakang rumah yang cukup luas penuh denagn bibit-bibit bunga yang belum laku dijual sehingga dirawat disana. Selain menjual bunga, mama yong hwa juga menjual bibit bunga.
Gigi melihat isi kulkas, disitu ada ayam dan sayuran segar. Ia sudah terbiasa memasakdari remaja dulu. Jad inii bukan lah hal yang baru baginya.
Setelah selesai memasak, ia menuju halaman belakang. Yong hwa dan Joong ki sudah terlalu lama disana dan belum kembali.
“hei Gigi, kamu bawa minuman?” Tanya Joong ki.
“iya, ice tea” kata Gigi bersemangat.
“wahh… benar-benar pacar yang rajin dan penuh semangat” kata Joong ki sambil melap peluhnya. Gigi tersipu bodoh mendengar itu. Yonghwa dan Joong ki beristirahat dan menikmati ice tea.
“disini luas ya?” kata Gigi
“Iya…  mama menjual beberapa tunas bunga tapi sepertinya kahir-akhir ini tidak lagi karena terlalu sibuk bekerjasama dengan wedding organization . jadi, banyak tunas bunga yang dibiarin aja disini” certa Yong hwa.
“Ohh,,” Gigi ber ohh panjang.
“gak terurus selama ini karena aku dan mama terlalu sibuk. Jadi aku ajak Joong ki untuk merapikannya” kata Yong hwa lagi.
“pacarnya gak papa aku ajak berpeluh peluhan kan?” Tanya Yong hwa menggoda Gigi.
“gak papa diajak ke gunung buat metik bunga adelwis juga gak papa” kata Gigi cepat. Yong hwa tertawa.
“hei… tega banget ya sama pacar sendiri”kata Joong ki kesal.
“karena pacarku rajin dan bersemangat kan?” kata Gigi melirik Joong ki.
“iya…iya… besok kita ke gunung ya…” kata Joong ki kesal. Yong hwa tersenyum melihat tingkah mereka. Sejenak ia teringat dengan pacarnya yang kini tidak berada didekatnya untuk menghabiskan waktu bersama.
Keesokan harinya Gigi datang lebih awal dari Joong ki dengan memberi tahu Joong ki lebih dulu melalui sms. Gigi memang terlalu bersemangat. Menurutnya pagi adalah waktu yang tepat untuk  menanam tanaman apapun itu.
Yong hwa sedikit tekejut dengan kehadiran Gigi yang lebih awal.
“Joong ki bentar lagi sampe” kata Gigi berbohong, padahal Joong ki masih tertidur saat ini.
Yong hwa mengajak Gigi untuk sarapan bersama sebelum memulai bekerja.
“aku belum mau, aku lebih dulu ketaman ya…” kata Gigi permisi. Sepertinya dia sedikit canggung untuk berdua saja denagn Yong hwa. Walupun ia ingin berdua saja dengan yong hwa. Membingungkan.
“kalau begitu mari sama-sama ketaman. Aku juga belum mau sarapan” kata Yong hwa mengikuti Gigi dari belakang. Gigi berbalik kea rah Yong hwa.
“beneran belum mau sarapan” Tanyanya memastikan. Yong hwa mengangguk dan tersenyum.
“aduh… saat ini tidak ada Joong ki. Jangan terlalu banyak tersenyum” keluh Gigi dalam hatinya. Ia akan jadi salah tingkah jika ia harus terus-terusan melihat senyuman itu.
“kamu kenapa?” Tanya Yong hwa karena melihat Gigi yang kini terlihat kikkuk.
“gak papa” kata Gigi buru-buru jalan lebih dulu ketaman.
“Laras janji akan datang walau sebentar hari ini” cerita Yong hwa saat mereka mulai bekrerja berdua ditaman. Gigi membantu Yong hwa mengosongkan pot dan menggantinya dengan tanah kompos yang segar.
“oh ya? Kamu pasti senang” kata Gigi melihat Yong hwa.
Yong hwa tersenyum “ sebenarnya aku bisa menyelsaikan ini tanpanya. Tapi aku Cuma ingin sehari saja dalam seminggu kami bisa melakukan kegiatan bersama seperti dulu yang biasa kami lakukan” kata Yong hwa.
“ya… aku bisa bayangin itu” kata Gigi mengerti.
“seperti hari ini, kamu pasti berharap Joong ki bisa cepat tiba disinikan?” Tanya Yong hwa.
Gigi tersenyum.  Ia sendiri sepertinya belum tau jawaban apa yang ada dibenaknya  untuk pertanyaan itu. Sebenarnya ia memerlukan Joong ki berada disini sekarang untuk membantunya menjadi orang yang percaya diri didepan Yong hwa.
“kamu sudah menetukan bunga apa yang mau ditanam?” Tanya Gigi mengalihkan pembicaraan.
Yong hwa sedikit menjelaskan konsep taman yang ia rencanakan. Tapi sepertinya gigi kurang memperhatiakn apa yang sedang dijelaskan Yonghwa. Mata terlalu sibuk melihat Yong hwa yang teduh dibawah mentari pagi.
“karena itu kemarin aku mencari bibit bunga mawar beberapa warna di belakang. Tapi seprtinya masih kurang beberapa” kata Yong hwa bercerita.
“jadi, harus sdibeli sekarang?” Tanya Gigi.
“Joong ki sudah berjanji untuk membawa bibit itu hari ini” kata Yong hwa.
“oh…  mama kamu juga mama angkat Joong ki. Wajar dia bekerja keras” kata Gigi
“kamu tau gak kenapa mamaku bisa jadi mama angkat Joong ki” Tanya Yong hwa.
“karena kamu dan Joong ki sudah dekat sejak smu dan Joong ki sering main kemari jadi dia ingin mensabotase mama kamu juga” kata Gigi asal bicara. Yong hwa tertawa.
“berarti kamu belum tau ya?” tanya Yong hwa. Gigi tidak tau mau berkata apa. seharusnya ia sebagai pacar mengetahui hal seperti itu tentang pacarnya.
“setelah lulus sma, papa joong ki jatuh sakit dan hanya bisa duduk dikursi roda, jadi mama Joong ki yang harus turun tangan mengurus semua perusahaan mereka.  Joong ki merasa ada jarak yang memisahkan ia dengan mamanya. Ia cerita ke mama kalau ia dalam dua atau tiga hari tidak pernah bertemu mamanya” Yong hwa bercerita.
“terus dia meminta ke mama, apakah ia boleh juga memanggil mamaku mama. Mama tertawa, kata mama  sahabat Yong hwa adalah anaknya. Semenjak itu Joong ki semankin sering menemui mama di toko ataupun dirumah. Aku juga sudah menganggap Joong ki seperti saudara kandungku walau aku tidak memiliki saudara kandung” kata Yong hwa lagi.
“kamu sayang Joong ki kan?” Tanya Yong hwa. Gigi bingung ingin menjawab apa.
“aku harap Joong ki menemukan orang yang benar-benar tepat saat ini” kata Yong hwa lgi.
“kenapa?” Tanya Gigi
“sebenarnya Joong ki selalu menolak setiap wanita yang memintanya untuk jadi pacar mereka. Tapi mereka memaksa. Ia pun mencoba tapi ia tidak pernah bisa merasa hal yang sama hingga ia berbuat hal-hal yang mereka benci dengan berharap mereka akan marah dan benci padanya.karena itu beberapa wanita menganggap dia brengsek” kata Yong hwa tersenyum. walau hanya terdiam dari tadi, Gigi menikmati obrolan ini. ia menikamti obrolan ini karena ia suka terus berdua dengan Yong hwa sekarang.
“orang yang belum mengenal Joong ki memang akan menganggapnya brengsek” kata Gigi tersenyum.
Joong ki akhirnya tiba denagn membawa beberapa tunas bunga mawar. Yong hwa berdiri dan membantunya menurunkan tunas-tunas itu dari mobil. Gigi berdiri dan menatap mereka.
“jadi mereka sudah seperti saudara kandung ya… tapi aku rasa mereka sudah saling mengenal melebihi dua saudara kandung” kata Gigi dalam hati. Ia melihat dua lelaki itu tanpa henti. Ada rasa hangat dihatinya saat melihat keakraban mereka.
“kamu sudah lama?” Tanya  Joong ki saat mereka menyiapkan sarapan pagi bersama, Yong hwa masih di taman.
“ gak terlalu lama” jawab Gigi.
“kamu jangan datang lebih awal lagi ya.. karena bagaimana pun Yong hwa beneran menganggap kita pacaran.”bisik Joong ki ke dekat Gigi. Ia berbohong, sebenarnya yong hwa tau semuanya.
“aku pikir dengan datang leih awal aku mulai memulai menanam. Karena menanam itu lebih baik di pagi hari” kata Gigi beralasan.
“besok aku janji akan datang lebih awal menjeputmu” kata Joong ki lagi.
“iya…” kata Gigi.                    
“kenapa? apakah kamu berharap bisa lebih lama berdua dengannya?’ Tanya Joong ki.
“bukan… “ kata Gigi bingung ingin memberi alasan apa karena sebanarnya ia ingin berdua denagn Yong hwa. Walau kadang ia berharap ada Joong ki diantara mereka untuk memecah kekakuan.
“aku akan menunggu mu besok “ kata Gigi akhirnya
Keesokan harinya Joong ki sudah tiba dirumah Gigi lebih awal.  Gigi agak terkejut dengan keseriusan Joong ki dalam memenuhi janjinya.
“aku siapin teh hangat untuk pacar pura-puraku’ kata Gigi girang saat Joong ki tiba. Joong ki tersenyum.
“baiklah… aku akan minum teh hangat buatan pacar pura-puraku” kata Joong ki dan dudukdisofa disitu sudah ada dua cangkir the hangat.
“mkasih ya…” kata Gigi saat mereka sedang menikmati teh.
“kenapa?” Tanya Joong ki bingung.
“aku gak tau tapi aku rasa kamu orang pertama yang mengerti aku selain keluargaku” kata Gigi jujur.
Joong ki tersenyum.
“kenapa kamu dulu jahat waktu di sma sih?” Tanya Gigi
“aku dulu senang banget liat kamu kesal dan marah keaku” kata Joong ki tersenyum.
“karena sekarang berbeda, aku bisa bersyukur kamu pernah buat aku malu dan marah waktu di sma dulu. Aku sekarang malah mengingatnya dengan merasa bahwa hal itu lucu” kata Gigi tersenyum
“tapi aku pernah loh balas dendam ke kamu dulu,” kata Gigi terseyum geli.
“aku dulu pernah menaruh pup  lembu yang kering ke mie ayam pesananmu”kata Gigi tertawa geli.
“beneran?” Tanya Joong ki tidak percaya
“iya… gara-gara itu dulu kamu sempat gak sekolah karna sakit perut” kata Gigi lagi tapi sekarang ia terlihat menyesal sudah berbuat sejahat itu pada Joong ki.
“hahahahahah… iya aku ingat, aku sempat dirawat di klinik karena sakit perut dulu” kata Joong ki merasa geli. Rasa bersalah gigi lenyap melihat tawa Joong ki. Namun:
“maaf ya…” kata Gigi.
“kamu taruh seberapa banyak sih?” Tanya Joong ki penasaran.
“segini” kata Gigi lalu menunjukka ujung jari telunjuk dan ibu jarinya terkatup.
“terus aku taburin begini ketas mi ayam pesananmu” kata Gigi membuat gerakan menabur dengan ujung ibu jari dan jari telunjuk.
“hahahahahahahah…” Joong ki tertawa lepas. Gigi ikutan tertawa.
“ya ampun…. Jadi kamu melakukannya persis seperti menaburkan mecin ya..” kata Joong ki terseyum. Gigi mengagguk dan tersenyum. Sekarang ia merasa geli dengan tekadnya dulu yang begitu menggebu-gebu ingin mencelakai Joong ki.
Saat di mobil menuju rumah Yong hwa, Mereka terus bercerita  mengenang tentang kejadian lucu yang dulu pernah terjadi di smu. Hari ini mereka bekerja dengan giat, namun kadang joong ki terlihat kelelahan. Ia mencoba menyembunyikan rasa lelahnya didepan Gigi.
Keesokan harinya Joong ki dan Gigi datang cepat seprti kemarin. Namun hari ini Joong ki tidak bisa menahan rasa kantuknya. Yong hwa menyurunhya istrahat , Gigi juga ikutan menyuruhnya istrahat. Akhirnya Joong ki jatuh tertidur dengan lelap dikamar Yong hwa.
Setelah selesai istrahat dan sarapan pagi, Joong ki masih terlelap. Sepertinya ia benar-benar tidak tidur semalaman. Buruknya Gigi, ia seprtinya tidak ingin tahu kenapa joong ki terlihat kurang tidur setiap hari. Ia sekarang terlalu sibuk memikirkan bahan obrolan apa yang akan dimulainya dangan Yong hwa agar ia tidak merasa canggung. Saat ia bersama Joong ki ia tidak pernah memikirkan hal itu. Semua momennya dengan Joong ki terlewati secara natural.
Mereka kembali ketaman dan meyelesaikan pekerjaan kemudian handphone Yong hwa berdering. Yong hwa sedikit menjauh dari Gigi untuk menerima pangggilan itu. Gigi terus memperhatikannya saat berbicara ditelepon. Yong hwa terlihat sedang beradu pendapat denang Laras ditelepon. Tanpa Gigi sadari ia melukai tangannya saat membuka plastik tunas bunga dengan pisau. Jari telunjuk Gigi yang sebelah kanan luka dan mengeluarkan banyak darah. Ia kemudian buru-buru kewastapel untuk membersihkan lukanya. Tapi darah dari luka itu tidak juga berhenti. Karena bingung, Gigi mencari kotak P3K didapur Yong hwa. Darah Gigi bercucuran dari jarinya. Ia tidak panic. Ia hanya kebingungan mencari kotak P3K dan merasa bersalh sudah mengotori lantai rumah Yong hwa. Saat sibuk mencari dilemar dan dilaci yang ada didapur, Yong hwa muncul melihat Gigi sedikit panik. Yong hwa menarik lengan Gigi dan menyuruhnya duduk dikursi makan. ia dengan buru-buru mencucu tangannya kemudian mengambil kotak P3K yang ternyat berada di ruang tv.
Yong hwa menekan luka yang ada di telunjuk Gigi dengan kapas hingga darahnya berhenti. Kemudian ia membungkus lukanya dengan perban. Setelah selesai , Yong hwa menyandar kan kepalanya kesandaran kursi. Kemudian melepas nafas panjang. Ia sekarang lega, tadi ternyat dia cukup panic.
“kamu bisa kehilangan banyak darah tadi.” Kata yong hwa.
“ini hanya luka kecil” kata Gigi tersenyum. tapi Yong hwa tidak
“ itu cukup dalam dan darahnya.....” kata Yong hwa terhenti karena ternyata joong ki sudah berdiri didepan mereka.
“kenapa? ada apa?” Tanya Joong ki panik melihat banyak teteasan darah dilantai dapur.
“jari gigi terluka” kata Yong hwa.
“gak papa darahnya juga sudah berhenti” kata Gigi gak enak. Joong ki mencoba tenang kemudian duduk disamping Gigi. Ia memperhatikan luka ditangan Gigi.
“apa perlu dibawa kedokter” Tanya  Joong ki ke yong hwa.
“sebenarnya lukanya tidak terlalu dalam tapi darah nya cukup sulit untuk berhenti tadi” kata Yong hwa. Suasananya terasa tidak nyaman.
“apa bisa berdarah lagi?” tanay Joong ki.
“jika terbentur” kata Yong hwa yang sebenarnya merasa bersalah karena tidak cepat menyadari kalau jari Gigi terluka tadi. Joong ki mengambil nafas panjang.
“kenapa kamu membiarkan Gigi mengeluarkan banyak darah?” Tanya Joong ki sedikit emosi.
“yong hwa sedang menerima telepon” kata Gigi cepat.
“kenapa kamu tidak memanggilnya atau aku untuk membantumu?” Tanya Joong ki masih emosi.
“kamu kenapa terlau khawatir berlebihan sperti ini? aku gak papa. Aku bukan cewek yang pengecut dan takut melihat darahnya sendiri. Aku bisa mengobatinya sendiri tadi. Aku gak ingin mengagangu siapapun. apa itu salah” kata Gigi berusah berbicara masih dengan nada datar. berharap ia tidak ikutan terpancing emosi.
“tapi jika yong hwa lama menyadari tangan mu terluka kamu bisa dalam bahaya” kata Joong ki.
“jangan terlalu mengkhawatirkanku, aku mohon, aku gak suka” kata Gigi memelas. Joong ki kini terdiam. Ia cukup terkejut ketika baru bangun tidur dan melihat banyak darah tadi. Gigi bukanlah orang yang ingin terlalu diperhatikan seperti itu. Tapi denagn melihat banyaknya darah yang keluar dari jarinya, siapapun pasti akan terkejut dan khawatir melihatnya.
“Yong hwa, maaf…” kata Gigi berusaha menahan tangis sebisa mungkin. Gigi tau tadi Yong hwa sedang ada masalh dengan Laras dan Gigi malah menambah kekacauan hati Yong hwa dengan hal bodoh yang dibuatnya.
“gak apa-apa… tapi lukamu  memang pantas untuk dikhawatirkan, Gi..” kata Yong hwa lembut.
“maaf…” kata Gigi sukses menangis. Ia merasa bodoh sekarang karena sudah menagis dihadapn Yong hwa dan Joong ki.
“aku tidak seharusnya menagis bodoh seperti ini, tapi kenapa hatiku terasa sakit, apa yang membuatku merasa sesakit ini?.” Kata Gigi dalam hatinya. Yong hwa berdiri dan mendekati Gigi. Ia menepuk-nepuk pundak Gigi beberapa kali kemudian ia pergi membersihakn lantai.
“kamu mau minum sesuatu?” Tawar Joong ki.
“the hangat” kata Gigi sambil mecoba mengahapus air matanya dengan tisu.
“oke, satu the hangat untuk pacarku” kata Joong ki berusaha membuat Gigi ceria lagi. Tak lama ia membawa Gigi secangkir the hangat.
“makasih” kata Gigi kemudian menyeruput the itu.
“aku rasa aku mau dapet” kata Gigi bercerita dengan nyaman saat Jong ki duduk disampingnya. Yong hwa terlihat menuju taman dan menyiapkan pekerjaan yang tertinggal sedikit lagi.
“dapet? Dapet pacar baru” kata  Joong ki menggoda. Gigi tersenyum.
“saat sd dulu aku suka memanjat pohon mangga yang ada didepan rumah. untuk turun dari pohon itu,  Aku suka melompat dari dahan yang cukup tinggi dan jauh ketanah. Pernah suatu hari entah dari mana ada paku yang berukuran sedang menancap pada sebuah kayu. Kayu tu tergeletak diatas tanah tepat dibawah pohon mangga. Aku melompat dari pohon dan Kakiku mendarat tepat di paku itu dan  bagian yang tajamnya menghadap kedepan.” Kata Gigi kemudian berhenti dan menyeruput tehnya.
“ saat itu aku sama sekali tidak panic. Aku malah berjalan pengkak menuju praktik seorang mantri tetangga kami. Ia terkejut melihatku dan lansung merawatku. Tak lama ayah datang karena dipanggil anggota keluarga pak mantri. Ayah memelukku dan menagis. Tapi aku sama sekali tidak menangis. Aku merasa bangga karena bisa menolong diriku sendiri menuju rumah pak mantri tanpa bantuan siapapun. Aku bangga karena tidak membuat ayah khawatir saat paku itu tertancap dikaki kecilku..” Cerita Gigi panjang.
“aku pemberani dari kecil. Aku berani dengan jarum suntik dan aku paling jago menahan sakit. Tapi kenapa tadi aku menagis aku juga tidak mengerti.  Ada rasa sakit dihati dan aku tidak tau itu karena apa” kata Gigi kemudian menghapus airmatanya.
“jadi, aku berkesimpulan kalau aku mau dapet dan berubah menjadi sensi gak jelas” kata Gigi tersenyum. Ia menarik nafas kemudian melepasnya. Ia tampak lega setelah bercerita. Diam-diam ternyata Yong hwa tidak berada di halaman rumah tetapi  ia mendengar pembicaraan mereka dari balik pintu kamarnya yang berhadapn dengan meja makan.
Keesokan harinya Gigi pergi kekampus seperti biasa. Yong hwa memintanya untuk tidak ikutl membantu lagi karena jari Gigi yang terluka. Lagi pula taman itu akan segera selesai karena tinggal finishing saja. Gigi tidak mampu menolak permintaan apapun dari Yong hwa. Itu akan sangat berbeda jika Joong ki yang memintanya berhenti. Ia akan sempat mengeluh hingga akhirnya ia mau menurutinya.
Setelah selesai kuliah pagi, seperti biasa Gigi yang tidak punya teman menuju perpusatakaan menunggu jam kuliah berikutnya.
Gigi sedikit terkejut saat Joong ki menghampirinya.
“kamu gak membantu Yong hwa?” Tanya Gigi bingung.
“tenang, kata Yong hwa hari ini Laras akan benar-benar datang dan membantunya. Lagi pula aku yakin, saat ini mereka hanya ingin berdua” kata Joong ki menguap. Laras memang belum sempat datang sekalipun untuk ikut menyelesaikan projek ultah mama Yong hwa.
“kamu tiap hari terlihat ngantuk berat” kata Gigi.
“Papa sakit, biasa kalo dia sakit jadi rewel banget kalo malam” kata Joong ki berbicara tanpa beban.
“sakit? Sakit apa?’ Tanya Gigi khawatir.
“tenang, menurut aku itu Cuma sakit manjanya papa. Ia ingin aku temanin tiap malam. kalo bisa tidur nyenyak sih gak apa-apa, tapi bentar-bentar minta air terus gak lama minta ditemenin ke kamar mandi begitu seterusnya sepanjang malam” kata Joong ki mengeluh manja. Gigi tersenyum melihat itu.
“tapi beneran, sakitnya gak parah kan” Tanya Gigi lagi. Joong ki menggeleng dan tersenyum.
Gigi mencoba membuka minuman botolnya tapi ia melihat Joong ki kemudian menyerahkan botol itu padanya.
“bukain dong, pacar aku…” kata Gigi mulai ingin becanda denagn Joong ki.
Joong ki membuka botol itu dan menyerahkannya pada Gigi.
“ini, pacar aku..” kata Joong ki tersenyum. Gigi tertwa kecil. Ia ingin mengatakan jika ia sangat suka situasi ini walau mungkin menurut orang lain itu lebay banget.
“ kamu gak ada tugas?” Tanya Joong ki. Gigi menggelengkan kepalanya dan kembali meminum airnya. Ia menawarkan minumannya pada Joong ki, Joong ki meminumnya seteguk.
“aku boleh tidur gak disini sebantar?” pinta Joong ki.
“kamu kenapa kekampus sih? Kamu bisa istrahat dirumah” Tanya Gigi.
“aku gak bisa tidur dirumah, boleh ya?” Tanya Joong ki lagi.
“tentu gak apa-apa” kata Gigi.
Tak lama Joong ki tertidur masih dalam posisi duduk dan hanya menyandarkan kepalanya pada tangan kanannya saja. Setalah 15 menit membaca, tanpa sengaja Gigi melihat Joong ki. Matanya menyerap keindahan yang ada didepannya.



Joong ki sedikit terhuyung.
“ops!” sepontan Gigi bergeser dan duduk disamping Jong ki. Gigi semankin dekat dan rapat dengan Joong ki, hingga ia bisa menyandarkan kepala Joong ki kebahunya. Walau terlihat kurang nayaman berada dipundak Gigi karean Gigi lebih pendek dari Joong ki tapi seprtinya Joong ki tidak terganggu dan semankin lelap.
“deg,deg,deg,deg,deg..” ada irama kencang yang berdendang dihatinya sekarang. Matanya kembali melihat wajah Joong ki yang tertidur dengan wajah begitu damai.  irama dihatinya semankin kencang. Perlahan tangannya naik naik dan terus naik hingga kekepala Joong ki . ia membelai lembut rambut Joong ki. Ada rasa damai yang sulit dijelaskan saat ia melakukan itu.
“ya tuhan… rasa apa ini?” kata Gigi dalm hatinya.
Gigi terus terdiam tanpa menggeserkan posisi duduknya sedikitpun. Ia tidak membaca buku atau melakukan apapun ia hanya terdiam dan sesekali melihat wajah lelap Joong ki.Gigi dengan jelas bisa mendengar desahan tenang dan lelap Jong ki. Jantungnya kini berdendang seprti lagu menenangkan. Ia merasa telah masuk keruangan candu yang membuatnya untuk berharap agar ini tidak berakhir cepat.
Setelah hampir lima belas menit bertahn duduk dengan posisi yang masih sama, akhirnya Joong ki terbangun karena sepetinya pundak Gigi sudah kelelahan. Kepala Joong ki terhuyung kebawah hinnga ia terbangun. Ia terlihat malu karena sudah tertidur dipundak Gigi.
“wahhh…. Kamu tau gak kamu itu berat banget? Kamu tidur udah seperti badak” kata Gigi berusaha menutupi rasa-rasa menyenangkan namun membuatnya malu saat ini.
“aku kekelas dulu… kamu pulang dan tidur gih sana dirumah” kata Gigi kemudian berjalan buru-buru meninggalkan Joong ki.
“ahhh… apa tadi itu?” kata Gigi berusaha menebak perasaan apa yang saat ini bergejolak dihatinya.
Setelah kelas Gigi selesai ternyata Joong ki sudah pulang. ia tidak menemukan Joong ki dimana pun lagi disekitaran kampus.
“ sudah pulang ya?’ Tanya Gigi kecewa dan duduk dilapanagn basket. Ia masih punya satu mata kuliah lagi sebelum pulang sore nanti.Gigi melihat handphonenya berharap menemukan sms dari joong ki disitu.
Gigi memulai sms baru yang akan dikirmnya ke Joong ki. Ia mulai mengetik.
“kamu sudah pulang ya? Tidur yang nyenyak ya pacarku :D” ketik Gigi berusaha terkesa ringan. Tapi ia menghapus dan tidak jadi mengirimnya. Gigi kembali mengetik yang baru:
“kamu pulang kok gak beri tahu aku? Besok malam jeput kau keacara ultah mama Yong hwa ya? Aku tunggu ^^” ketik Gigi. Tapi ia menutup handphone nya dan memasukkan kembali ketasnya.
Keesokannya Gigi tidak menemukan Joong ki dikampus. Gigi emang kuliah Cuma sampe jam 12 siang hari ini. Tapi ia terus bertanya –tanya kemana Joong ki. Kenapa tidak ada kabar darinya. Akhirnya setelah penuh pertimbangan, ia menelpon Joong ki.
“hai…” kata Gigi riang begitu telepon dijawab Gigi.
“ada apa Gi?” Tanya Joong ki. Gigi terdiam dengan pertanyaan itu. Tidak seperti Joong ki yang biasanya.
“gak apa-apa… aku hanya…” kata Gigi bingung.
“aku jeput kamu entar jam 5 sore ya…” kata Joong ki denagn suara yang tidak terdenagr riang seperti biasanya.
“kamu sakit?’ Tanya Gigi akhirnya.
“gak…  aku tutup ya Gi, aku buru-buru ni..” kata Joong ki kemudian menutupp telepon buru-buru. Gigi belum sempat berbicara.
“apa ia sedang bersama seseorang sekarang? Apa dia tidak ingin orang itu mngetahui keberadaanku?’ Tanya Gigi berpikir yang bukan-bukan.
“perasan gelisah ini sangat bodoh” Kata Gigi dalam hatinya dan berusaha melupakn semuanya.
Gigi mulai bersiap-siap mulai jam 3 sore. Ia memilih atasan blouse dengan warna white broken  sweeter dan jeans yang warnanya senyawa. Ia membiarakn rambutny tergerai. Ia memilh plate shoes yang paling cantik pilihan Joong ki waktu mereka belanja . Saat jam 5 sore, Gigi menunggu dan duduk denagn manis di sofa depan tv. Saat pintu  terdengar diketuk, Gigi buru-buru membuka pintu. Ia kecewa saat mengetahui siapa yang ada dibalik pintu.
“Joong ki mungkin akan terlambat, jadi dia…” kata Yong hwa terhenti.
“gak apa-apa” kata Gigi buru-buru.
“kita berangkat sekarang ya..” kata Gigi kemudian buru-buru masuk lagi membawa tas tangan serta kado yang akan diberinya untuk mama Yong hwa.
“Joong ki kenapa terlambat?” tanya Gigi saat mereka dimobil.
“papa Joong ki masuk rumah sakit kemarin siang” kata Yong hwa.
“kamu belum tau?” Tanya Yong hwa.
Gigi terdiam. Ia merasa betapa bodohnya dia tidak mengetahui apapun itu tentang Joong ki.
“Joong ki memang begitu, ia tidak banyak  bercerita tentang keluarganya” kata Yong hwa.
“entar pesta selesai, kita temanin Joong ki di RS ya” ajak Yong hwa. Gigi mengangguk.
“kamu cantik banget malam ini” kata Yong hwa  jujur. Gigi tertunduk. Ia tersipu malu. Joong ki sekejap Hilang dari pikirannya.
“dari sma dulu kamu emang udah cantik. Tapi dulu kamu Nampak pemurung dan penyendiri. Kamu spertinya tidak pernah menyadari kalau kamu cantik, Joong ki jadi iseng ingin ganggu kamu terus dulu” kata Yong hwa bercerita berusaha membuat Gigi lupa tentang apa yang dialami Joong ki sekarang. Padahl tanpa melakukan itupun Gigi sudah lupa karena tadi Yong hwa mengatakan ia cantik.
“walaupun Joong ki tidak pernah mengatakannya padaku, tapi aku yakin Joong ki dari dulu suka banget sama kamu,” kata Yong hwa tersenyum gigi terdiammenatapnya.
“itu gak mungkin, Joong ki benci banget sama aku dulu” kata Gigi.
“dulu kita masih labil. Kadang kita mengekspresikan rasa suka kita dengan  cara yang bertolak belakang dengan apa yang dirasa” kata Yong hwa. Gigi terdiam. Ia masih gak percaya. Ia meremas tangannya sendiri. Ia merasa yong hwa berbohong karena Yong hwa sudah tau perasaan Gigi. Yong hwa tidak ingin terbebani dengan perasaan itu. Jadi dia berbicara hal yang lain dan tidak ada kejujuran disitu.
“Joong ki dulu sempat bilang…” Yong hwa terhenti berbicara , karena Gigi baru saja mencium pipi yong hwa. (aku juga bingung kenapa karakter utamanya jadi serabutan gini -_-)
Yonng hwa menatapnya terkejut.
“kamu mungkin sudah tau, dari awal aku suka kamu. Dari sama dulu, sejak kita pertama kali bertemu dilapangan basket” kata  Gigi yang kini sudah merasa terlanjur malu.
Yong hwa masih terdiam. Ia terus menatap kedepan. Mereka saling terdiam. Gigi meremas bajunya. Ia merasa sudah benar-benar ditolak karena yong hwa diam saja sepanjang perjalanan.
“Gi, aku akan menganggap hal tadi tidak pernah terjadi. Jadi kamu juga harus berpikir begitu” kata Yong hwa saat mobil sudah berhenti didepan rumahnya.
“maaf…” kata Gigi bingung dan penuh dengan rasa bersalah. Yong hwa tidak berkata apa-apa lagi kemudian turun lebih dulu dari mobil meninggal kan Gigi begitu saja dimobil. Gigi mengambil nafas panjang.
“aku tidak boleh menangis sekarang” katanya pelan
“oh my…  what I’ve done?” katanya lagi.
Gigi keluar dari mobil setelah merasa yakin. Ia sekuat tenaga mengumpulakn harga dirimya yang mungkin tadi tercecer disuatu tempat.
“hai gi…” sapa Laras riang padanya saat ia masuk rumah Yong hwa. Ia sedang menyiapkan lilin diatas kue yang sudah disediakan.
“hai..” kata Gigi salah tingkah.
“udah ketemu antingnya?” Tanya Laras. Gigi bingung.
“anting kamu kan terjatuh dimobil tadi” kata Laras.
“oh ya…syukurlah aku sudah menemukannya”kata Gigi sudah mengerti.
“aku harus bantu apa?” Tanya Gigi makin salting dengan suasana sekarang.
“oh… kamu bisa  menyiapkan minuman” kata Laras.
“oh ya!” kata Gigi kemudian menuju dapur. Ia berharap Joong ki segera tiba. Ia sangat berharap Joong ki segera tiba. Syukurlah, saat Gigi selesai menyiapkan minuman. Joong ki datang dengan ceria.
“ada yang bisa aku bantu ?” Tanya Joong ki semangat. papanya sepertinya sudah baikan karena itu ia tampak ceria.
“semuanya sudah beres” kata Laras kemudian duduk disofa disamping Yong hwa.
“pacar aku memang rajin, semuanya bakalan cepat selesai jika ia sudah tiba” kata Joong ki kemudian menuju kedapur dan menarik tangan Gigi. Kemudian mereka duduk disofa berhadapan dengan Yong hwa dan Laras. sebentar Gigi melirik Yong hwa yang ternyata sedang melihatnya. Kemudian mereka saling membuangkan pandangan.
“tadi aku telpon mama, katanya ia sudah dijalan. Mungkin mama sebentar lagi akan tiba” kata Yong hwa. Sebenarnya malam ini suasananya benar-benar tidak nyaman. Gigi dan Yong hwa karena insiden tadi kemudian Laras dan Yong hwa yang seprtinya menyembunyikan pertikaian mereka.
“ada apa ni?” Tanya Joong ki mulai mencium gelagat mereka.
“kenapa?” Tanya Laras balik.
“ah… gak apa-apa” kata Joong ki tertawa. Terlihat tawanya dibuat-buat . Ia hanya tidak ingin suasana semankin memburuk jika ia mengutarakan firasatnya.
“tangan kamu udah gimana?” Tanya Joong ki.
“udah baikan..” kata Gigi.
“aku boleh lihat?” Tanya Joong ki. Gigi menunjukkan jari telunjuknya yang luka.
“ah… iya sudah baikan” kata Joong ki mesra pada Gigi. Gigi tidak tersenyum.
Mereka berdiri saat mendengar suara mobil berhenti didepan rumah. Laras kemudian mengangkat kue yang lilinya sudah dinyalakan denagn angka 57. Mereka mematikan lampu dan saat mama membuka pintu dan menyalakn lampu, ia terharu dengan apa yang dilihatnya.
“selamt ulang tahuuun…” mereka mulai bernyanyi dan perlahan berjalan mendekati mama Yong hwa. Mama yong hwa terus tersenyum dan menghembus lilin saat lagu selamat ulang tahunnya berakhir. Mereka memberi selamat dan mencium mama Yong hwa satu persatu.
Stelah duduk disofa mereka memotong kue dan menyuapkannya pada mama Yong hwa. Suasana terlihat meriah. Sangat berbeda seperti saat mama belum tiba dirumah.
Dan yang terakhir merekamemberi kado masing-masing. Laras memberikan jam tangan bermerek, Joong ki memberi tas, Yong hwa memberikan sweater yang katanya harus digunakan jika mamanya berangkat pagi sekali. Dan yang terakhir Gigi member clemek yang di hiasi dengan sulaman bunga matahi besar dibagian depannya.
“mama gak perlu berangkat pagi sekali kan besok?” Tanya Yonghwa.
“ iya… kenapa?” Tanya mamanya
“masih ada satu kado lagi dari kami berempat, tapi mama harus melihatnya besok saat matahari sudah cerah” kata Yong hwa.
“ohhhh… baiklah, besok pagi semunya ngumpul disini lagi kan? Mama harus memasak sesuatu untuk kalian” kata mama Yong hwa.
“maaf tan,Laras gak bisa” kata Laras menyesal. Yong hwameliriknya sebentar.
“ya… tante ngerti sekarang Laras makin sibuk” kata mama Yong hwa.
“ tapi Gigi pacar Joong ki harus datang ya?’ kata mama Yong hwa pada Gigi.
“ I, iya tan” kata Gigi kikuk.
“ pacar Joong ki rajin loh ma” kata Joong ki bercerita manja pada mama Yonghwa.
“oh ya?” kata mama Yong hwa tersenyum.
“iya…. Gigi bisa masak juga” kata Joong ki lagi penuh semangat. mama Yong hwa tertawa melihat tingkah manja Joong ki.
Setelah pesta kecil-kecilan itu selesai. Yong hwa bersiap mengantar Laras. Namun Laras menolak. Ia kembali duduk disofa dengan Joong ki dan Gigi. Mama Yong hwa sudah istrahat dikamarnya. Joong ki dan Gigi ingin membereskan sisa pesta sebelum mereka pulang.
“aku ingin bilang sesuatu ke kalian berdua” kata Laras pada Gigi dan Joong ki.
“aku nanti bisa bilang kemereka” kata Yong hwa menyela.
“ayo aku antar kamu pulang” ajak Yong hwa. Ia masih berdiri.
“oke…” kata Laras kemudian berdiri. Gigi dan Joong ki terlihat bingung.
“aku pulang ya..” pamit laras..
“iya… smapai ketemu mbak..” kata Joong ki kemudian Laras dan Yong hwa keluar.
“ada apa ya?” Tanya Gigi penasaran.
“ entahlah.. aku belum pernah melihat mereka seperti ini” kata Joong ki kemudian berdiri dan mulai membereskan sisa-sisa makanan.
“papa kamu dirawat di rumahsakit ya?” Tanya Gigi teringat. Ia membamtu Joong ki mengangkat piring dan gelas yang baru saja mereka gunakan.
“iya.. sudah dua hari” kata Joong ki
“kamu kenapa gak cerita?” Tanya Gigi.
“aku tidak ingin membicaraknnya” kata Joong ki.
“kenapa? aku sahabatmu. Aku berhak tau tentang kamu” kata Gigi sedikit kesal.
“iya maaf” kata Joong ki tersenyum dan membelai poni Gigi. Gigi suka dengan apa yang dilakukan Joong ki padanya. Itu seperti obat yang membuatnya lupa denagn kejadian memalukan tadi sore.
Stelah mereka selesai memberesi semuanya, yong hwa masih belum kembali. Mereka menunggu Yong hwa diteras rumah. Menikmati sisa jus jeruk pesta tadi.
“Yong hwa lama ya…” kata Gigi.
“kenapa? kamu kecewa karena tidak bersamnya saat kita berberes tadi?” Tanya Joong ki.
“bukan… kamukan harus kembali kerumah sakit” kata Gigi
“ohh…” joong ki tersenyum
“tenang… hari ini sudah ada mbak yang menjaga papa” kata Joong ki.
“kamu punya saudara perempuan?” Tanya Gigi
“iya… lima tahun lebih tua dariku. Pengacara, seminggu ini dia terus sibuk dan malam ini dia yang menjaga papa” kata Joong ki
“pasti cantik banget ya..” kata Gigi menebak karena sudah jelas Joong ki saja punya sebutan pretty boy.
“tentu dong mbak aku..” kata Joong ki bangga. Gigi tersenyum. Joong ksperti ini yang dikenalnya.
Gigi meneguk jusnya hingga habis.
“kamu lapar? Cari cemilan kedepan komplek yu..” aja Joong ki. Mungkin Gigi merasa bosan, jadi mereka bisa sekedar berjalan keluar sedikit.
“enggak… aku kenyang baget…” kata Gigi.
“ice cream mau?” ta war joong ki.
“mau” jawab Gigi cepat. Kemudian mereka menuju pintu dan keluar berjalan menuju mini market yang tak jauh dari rumah Yong hwa.
“aku boleh bilang sesuatu?” Tanya Joong ki
 Tapi tidak diajawab Gigi karena ia berlari kearah seseorang yang sedang berjalan sendirian. Oring itu Yong hwa.
“kamu kenapa jalan kaki?” Tanya Gigi saat ia sudah berada didekat Yong hwa.
Yong hwa tidak menjawab kemudian ia lanjut berjalan menju rumah. Gigi dan Joong ki mengikutinya hingga tiba dirumah.
“ada apa?” Tanya Joong ki duduk disamping Yonghwa. Yong hwa masih belum menjawab. Gigi meletekkan air putih untuk Yong hwa di meja.
“mungkin kalian ingin berbicara berdua saja.. jadi aku permisi pulang sekarang.” Kata Gigi ingin membuat Yong hwa merasa leluasa bercerita dengan Joong ki.
“gak apa-apa Gi.. kamu silahkan duduk juga disini” kata Yong hwa akhirnya mengeluarkan suara.
Gigi pun ikutan duduk dikursi makan.
“aku dan Laras sudh tidak memiliki hubungan apapun lagi. Ia ingin kalian berdua tau” kata Yong hwa akhirnya. Gigi danJoong ki merasa tidak percaya.
“ kamu antar Gigi pulang ya.. sudah malam banget”kata Yong hwa pada Joong ki. Kemudian ia berdiri dan menuju kamarnnya.
Joong ki pun mengantar Gigi pulanng. Saat diperjalan pulang mereka saling diam dan sibuk dengan perasaan merak masing-masing.mereka terus begitu hingga tiba dirumah gigi,
“makasih ya..” kata Gigi saat ia sudah keluar dari mobil.
“iya,,” jawab joong ki tersenyum.
“kamu hati-hati ya…” kata Gigi lagi. Joong ki mengangguk dan tersenyum. gigi masuk kerumahnya. Saat sudah berbaring dan ingin tidur. Ia teringat kejadian memalukan tadi sore. Yong hwa tidak suka dengan apa yang dilakuknnya tadi sore.
“apakah Yong hwa sudah terlalap?” Tanya Gigi dalam hatinya.
“apakah ia sedang bersedih dekarang?”
“adakh dia mengingatku  yang sama sekali tak ingin ia bersedih?”
“andai aku bisa menemaninya,melewati rasa sedihnya” Gigi terus bersuara dihatinya.
“aku menyayanginya… moga ia dalam perlindunganNYA”
Gigi menagis dengan mata terpejam.  Ia berdoa semoga saat matahari esok terbit,  Yong hwa sudah bisamelupakn semuanya.
Disisi lain Joong ki meredam semuanya saat ia sudah ada disisi papanya.  Joong ki  memang mempunyai seorang kakak. Tapi kakaknya terlalu sibuk bekerja dan sibuk menghindar untuk bertemu papa mereka. Joong ki menahan air matanya. ia mencoba dengan sangat keras agar tidak menangis. Namun akhirnya tangisan itu lepas walau tanpa suara. Ia terus menangis dilengan papanya yang sudah Koma. Keheningan rumah sakit semankin membuat hatinya membeku kesepian. Sebenarnya yang selama ini bertopeng bukan hanya Gigi saat ia berpenampilan garang, tapi jelas Joong ki juga melakukan hal yang sama. Saat dirumah, ia sering terbebani dangan masalh keluarganya sehingga begitu keluar rumah dia kadang bertingkah berlebihan agar bisa menutupi lukanya.

Saat mentari pagi tampak diufuk timur,tiga manusia yang malamnya diselimuti tangisan itu mencoba memakai topeng mereka masing-masing. Mereka sudah berjanji untuk bertemu dirumah Yong hwa untuk menikmati masakan mamanya. Sesuai denagn yang dijanjikan Joong ki menjeput Gigi pukul 9 pagi.
“aku tidur nyenyak banget mala mini,” kata Joong ki tersenyum cerah saat mereka dalam perjalan menuju rumah Yong hwa.
“syukurlah.. “ kata Gigi tersenyum.
“jadi kamu gak ngantuk kan?” Tanya Gigi.
“enggak dong “ jawab Joong ki cepat.
“aku ingat banget waktu kamu tertidur di perpus, kamu nyusahin banget” kata Gigipura-pura kesal.
“maaf..” kata Joong ki menggaruk kepalanya. Ia sedikit malu deangan hal itu. Tapi ia ingin sekali lagi bias tertidur disamping Gigi. Ia merasa sangat damai saat itu.
Sebelum tiba dirumah Yong hwa mereka membelibuah untuk mama.
“pagi ma..” teriak Joong ki dari depan rumah Yong hwa dengan riang.
“wahh… kalian sudah sampai, kenapa terlalu pagi? Mama belumselesai membuat makanan kesukaan mu dan yong hwa” kata Mama dari dapur.Joong ki buru-buru menuju dapur dan bermanja ria denagn mama Yong hwa.
Gigi melihat Yong hwa kemudian Yong hwa juga melihatnya. Ia tersenyum pada Gigi. Gigi tersenyum tipis. Ia yakin banget itu bukanlah senyuman jujur Yong hwa.
“oh ya Gigi… “ kata mama kemudian berbalik melihat Gigi.
“iya tan..” jawab Gigi.
“makasih sudah ikut merenovasi taman denagn Yong hwa. Yong hwa cerita tangan kamu sampe trluka saat membantunya” kata mama Yong hwa.
“ahh… Cuma luka kecil tan..” kata Gigi terseyum.
“tamannya cantik banget. Tante suka” kata mama Yong hwa.
“aku juga kerja ma,..” kata Joong ki mengingatkan.
“iya, makasi joong ki..” kata mama kemudian menepuk membelai pundak Joong ki. Joong ki terlihat senag denagn itu.
Setelah makan siang selesai, mama Yong hwa harus pergi kesuatu tempat dan Joong ki bersikerasingin mengantar mama yong hwa. Hingga dirumah tinggal Gigi dan Yong hwa. Mereka duduk diteras tumah berdua menunggu Joong ki pulang.
Gigi kesal kenapa Joong ki pergi begitu saja. Ia merasa kikuk banget sekarang.
“maaf, semalam sore aku sudah kasar” kata Yong hwa memulai pembicaraan.
“aku yang bodoh” kata Gigi malu dan menyesal.
“apakah kamu sedikitpun tidak menyukai Joong ki” Tanya Yong hwa langsung.
Namun Gigi belum sempat menjawab, karena handphone Yong hwa berdering. Gigi  lega, ia bingung ingin menjawab apa untuk pertanyaan Yong hwa tadi.
Yong hwa buru-buru menuju ruang tv setelah menerima telepon itu.  Gigi mengikutinya dari belakang. Ia tidak bertanya walaupun sangat bingung dengan tingkah Yong hwa. Ia duduk disamping Yong hwa yang sibuk mencari siaran. Ia berhenti pada acara berita selebriti. Gigi melihat di tv ada Laras dan seorang actor yang sedang diwawancarai. setelah menyadari isi berita, Gigi buru-buru merampas remot dari tanganYong hwa dan mematikan tv.  Yong hwa membiarkan Gigi melakukan itu. Ia berdiri meninggalkan Gigi menuju kamarnya. Gigi bingung ingin berbuat apa, namun kemudian ia berdiri dan berlari kea rah Yong hwa.
“yong hwa, jangan merasa kan apapun saat ini. aku akan selalu ada buatmu” kata Gigi. Menghentikan langkah Yong hwa.
“aku… aku sayang, sayang banget sama kamu. Aku gak mau kamu terluka dan sedih seperti ini” kata Gigi. Akhirnya Yong hwa berbalik kearah Gigi.
“kamu yakin tidak memiliki perasan suka pada Joong ki?” Tanya Yong hwa. Gigi menganguk mantap.
Yong hwa tidak percaya dia kembil berbalik menuju kamarnya. Gigi buru-buru memeluk pundaknya.
“aku mohon, aku ingin kita bisa menghabiskan rasa pedih itu bersama” kata Gigi mulai menangis.
Yong hwa berbalik dan mendorong Gigi  dangan kedua tangannya dengan lembut..
“aku mohon, percaya padaku” kata Gigi.
‘aku mohon” kata Gigi lagi.
“kamu ingat saat tangan aku terluka? aku sama sekali tidak takut dengn tanganku yang berdarah banyak. Yang aku piirkan Cuma kamu. Aku menagis karena mengkhawatirkanmu. aku tidak ingin kamu terluka” kata Gigi masih berlingan air mata.
Perlaha Yong hwa mendekat kea rah Gigi dan melap air matanya.
“aku gak apa-apa, Gi.. kamu jangan terlalu mengkhawatirkan aku. “ katanya lembut.
“jangan menagis lagi” kata Yong hwa.  Gigi mulai berhenti menangis.  Perlahan Gigi mendekatkan wajahnya pada yong hwa kemudian menciumnya tepat dibirnya, awalnya Yong hwa terkejut namun kemudian menerima kecupan itu. ( iya… Gigi tukang seruduk nih kayaknya! -_- )
Joong ki ternyata sudah berada didepan pintu rumah yang terbuka dan melihat semua itu. ia tadi pulang naik ojek karena mobilnya mogok disuatu tempat. Jadi Gigi dan Yong hwa tidak menyadari kedatangannya. Wajah Joong ki langsung berubah saat ia melihat itu. Gigi dan Yong hwa juga menyadari kedatnagnnya dan melihta kearahnya. Joong ki berjalan denagn cepat mendekati Yong hwa kemudian pulukan Joong ki mendarat dipipi Yong hwa dengan keras.
 Joong ki sempat menatap Gigi dengan penuh amarah sebelum ia pergi meninggalkan mereka berdua. Ada yang menohok sangat keras hati Gigi saat ia melihat tatapan Joong ki.  Pukulan ini jauh lebih kerasa dan sakit dari pada rasa sakit saat ia melihat Yong hwa dan Laras dulu berciuman. Bahkan rasa sakit kali ini jauh membuatnya menderita dari pada saat ia tahu Yong hwa dan Laras sudah putus. Ia terus menatap pUnggung Joong ki yang semankin menajuh. Firasat buruk menghantuinya. Firasat yang mengatakan bahwa ia tidak akan pernah bertemu Joong ki lagi.

Seminggu kemudian Gigi menerima kabar bahwa papa Joong ki meninggal. Ia bingung ingin  melakukan apa. ia mencoba menelpon Joong ki namun nomor itu sudah tidak bisa dihubungi. Saat menghadiri pemakaman, Joong ki sama sekali tidak ingin menemuinya. Yong hwa terlihat disana dan ia melakukan hal yang sama pada Gigi.
Ketika sudah  merasa kuat, Gigi mulai kuliah lagi. Ia ketinggalan banyak mata kuliah. Ia harus menyelesaikan banyak tugas agar bisa mengikuti ujian tengah semester. Gigi sudah tidak malu atau merasa berslah lagi. Ia tidak merasakn apa-apa saat ini. termasuk saat Tina denagn sengaja menumpahkan milkshake kebajunya. Ia tidak marah atau sedih. Ia membersihkan seadanya tumpahan milkshake di kemejanya. Kemudian melanjutkan kuliah dang mengerjakan tugas denagn kemeja yang penuh noda milkshake. Gigi juga sesekali tanpa sengaja bertemu Yong hwa dan seperti biasa Yong hwa buru-buru menjauh darinya. Gigi tidak merasa terganggu denagn itu. ia terus melanjutkan hidup,bertahan denagn tidak merasakan apapun.
Hingga suatu hari saat ia mendengar beberapa mahasisiwi bercerita bahwa Joong ki sedang melaksanakan sidiag skripisinya.  Saat mendengar nama Joong ki tiba-tiba ia diburu oleh kenangan-kenagn saat bersama Joong ki dulu. Saat ia ingin membuka botol minumannya,  ia teringat saat Joong ki membukan minuman utnuknya. Saat ia sibuk mengerjakan tugas, kadang ia terhenti dari kesibukannya dan teringat Joong ki dan membayangkan Jong ki didepannya. Saat ia menghabiskan sancknya, ia teringat saat ia dan Joong ki saling bercanda. Ia teringat semua kenangn denagn Joong ki. Hingga ia sadar bahwa Joong ki yang dulu selalu ada buatnya.
Yong hwa dan Joong ki wisuda diwaktu yang sama. Yong hwa sempat menemui Gigi sebelum ia meninggalkan kampus.
“Maaf, aku menjauh bukan karena aku membencimu , aku tidak ingin Joong ki salah paham” kata Yong hwa. Saat ini mereka berada dilapangan basket yang akhir-akhir ini terasa semankin sepi.
“aku mengerti, aku yang berslah. Maaf..” kata Gigi.
“aku juga, maaf..” kata Yong hwa.
“satu hal yang kamu harus ingat. Aku dan Joong ki sama sekali tidak membencimu. Dari sma, kami memilki perasaan yang sama padamu. Mungkin waktu kan menjelaskan semuanya nanti. Mungkin waktu juga akan menyembuhkan semua luka nanti” kata Yong hwa tertunduk. Ia mencoba menutupi air matanya. Gigi menangis juga setelah sekian lama menahan setiap tetesan air mata dengan  bersikap dingin pada siapa pun.
“aku akan kuliah ke Jepang. Sesekali kamu kunjungi mama ya..” kata Yong hwa kemudian berdiri dan meninggalakan Gigi buru-buru. Gigi bahkan belum sempat berkata sepatah kata.
Angin sore itu berhembus lembut membantu Gigi mengeringkan air matanya. mungkin ia akan berhenti menangis. Mungkin waktu akan meringankan rasa hatinya. Tapi ia sama sekali tidak bisa berharap bahwa waktu akan mempertemukannya denagn Joong ki lagi. Ia telah  melakukan hal yang sagat buruk hingga waktu mungkin takkan mengijinkannya untuk bisa bertemu Joong ki lagi.
“ maaf..” bisik Gigi lagi sambil menghapus air matanya.


Empat tahun kemudian. Gigi sedang berada di perkebunan memeriksa keadaan kebun. Ia mengenakan kemeja putih longgar, jeans, sepatu boot dan topi petani. Rambutnya dikucir ekor kuda panjang dan tergurai hitam. Sesekali ia terlihat menjelasakan sesuatu pada karyawannya denagn tegas.
“buk,  ada yang ingin bertemu” kata seorang karyawan saat ia sedang berbicara. Gigi menghembuskan nafas kesal. Kemudian melihat kearah karyawan yang memanggilnya tadi.
“saya sedang sibuk, kamu bisa menyuruhnya menuggu dikantor” kata Gigi bersabar.
“ia mendesak harus bertemu sakarang bu” kata karyawan itu lagi.
“dari mana?” Tanya Gigi akhirnya
“dari perusahaan makanan  yang inginbekerja sama denagn kita bu”
“kamu suruh tunggu sebentar dikantor, sebentar lagi saya selesai”kata Gigi dan berbalik ingin menjelaskan sesuatu lagi.
“Gi..” panggil seseorang dari belakang Gigi. Gigi berbalik kea rah suara itu datang. Suara itu sangat tidak asing danmenyimpan banyak kenangan.



Orang itu tersenyum pada Gigi sekarang, seseorang yang memiliki pundak hangat yang dulu sering bersamanya dan seseorang yang membuatnya nyaman dan menjadi karakter yang percaya diri. Gigi membuka topinya menatap tidak percaya pada orang itu. tiba-tiba ia terinagt kata-kata dulu yang pernah didengarnya.
“Mungkin waktu kan menjelaskan semuanya nanti. Mungkin waktu juga akan menyembuhkan semua luka nanti”

The end.
Akhirnya selesai juga J
Maaf Jika aku membuat karakter Gigi jadi sembrorno seperti itu. tapi kadang cinta bisa mmebuat kita menjadi orang lain kan?
Aku harap semua bisamenikmati tulisan ku ini J
Aku senang sekali jika ada yng membacanya. Dan aku kan guling-guling jika ada yang komen disini  (^_^)